Monthly Archives: May 2014

Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan Gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi berarti “pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)”. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan. Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda.

1.2 SyaratKetepatanDiksi

Syarat Ketepatan Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kitamemilih kata yang tepatuntukmenyatakansesuatu.Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang – mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kekpada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalamhalini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.

B. MAKNA KATA

2.1 Makna Denotatif

Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif tidak mengalami perubahan makna.

Contoh :

Mas parto membeli susu sapi.
Irma menulis surat di meja belajar.
2.2 MaknaKonotatif

Makna konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.

Contoh:

ü Para petugas gabungan merazia kupu-kupu malam tadi malam (kupu-kupumalam = wts).

ü Bu Marcella sangat sedih karena terjerat hutang lintah darat (lintahdarat = rentenir).

C. GAYA BAHASA (Majas)

3.1 Gaya Bahasaatau Idiom

Idiom atau gaya bahasa adalah salah satu gaya bahasa dari sekian banyak gaya bahasa yang digunakan manusia untuk berkomunikasi satu sama lain. Penggunaan idiom ini sengaja dilakukan terutama untuk menyatakan sesuatu secara tidak langsung kepada lawan bicara, dengan cara menyatakan sesuatu di luar konteks kata yang sebenarnya yang lebih mudah dicerna dan dimengerti oleh pendengar tanpa adanya kesalahan persepsi antara penutur dan pendengar. Secara umum tujuan penggunaan idiom atau ungkapan itu ialah agar pendengar atau pembaca merasa lebih tertarik terhadap apa yang didengar atau dibacanya Dan dari sebagian fungsi-fungsi tersebut diantaranya :

1. Memperhalus ucapan
Contoh dalam bahasa indonesia, Orang lebih cenderung menggunakan kata meninggal dunia, pulang ke rahmatullah ketimbang kata mati untuk mengabarkan kematian seseorang.
contoh dalam bahasa inggris, ungkapan pass away lebih halus ketimbang dead yang keduanya punya arti sama yakni mati.
2. Menunjukan makna berlebihan atau hyper
Contoh dalam bahasa indonesia: kenaikan harga sembako mencekik leher rakyat kecil tak ada harga yang bisa sampai mencekik leher, itu hanya sebuah ungkapan bahwa naiknya harga sudah sangat terlalu mahal sehingga membebani rakyat kecil.
Contoh dalam bahasa inggris : my hobby is shopping because I have deep pockets artinya hobiku belanja karena aku punya banyak uang. Seseorang yang punya banyak uang bukan berarti kantong saku tempat ia menyimpan uangnya sangat dalam, itu hanya sebuah ungkapan berlebihan bahwa saking banyak uangnya sampai kantong sakunya pun dalam.
3. Mempersingkat ucapan
Contoh dalam bahasa indonesia : Mengguncang dunia, untuk menggambarkan seorang musisi yang berhasil menciptakan karya-karya yang disukai dan dinanti masyarakat luas, penampilannya selalu bisa menghibur banyak orang dan mencetak hits dimana-mana kita hanya cukup mengatakan bahwa ia telah mengguncang dunia permusikan.
Contoh dalam bahasa inggris : white lie, idiom singkat yang maknanya berkata sesuatu yang tidak jujur agar terkesan sopan dan tidak menyakiti perasaan seseorang.
3.2 Gaya BahasaEufimisme

Eufemisme atau penghalusan bahasa adalah salah satu bentuk pemakaian bahasa dalam masyarakat yang sudah semakin lancar penggunaanya. Mungkin karena tuntutan zaman yang mengharuskan atau karena pola pikir masyarakat pemakai bahasa yang selalu berubah.

Contoh : Kami akan menyampaikan sepatah dua patah kata

3.3 Gaya BahasaHiperbola

Gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang melebih-lebihkan baik jumlah, ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan untuk menekankan, memperhebat, meningkatakan kesan dan pengaruhnya.

Contoh:

Kami mengucapkan beribu-ribu terima kasih
Angkatlah pandang matamu
keswargaloka

kesejuta lilin alit

yang gemetar

3.4 Gaya BahasaMetafora

Gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal secara implisit. Metafora dibentuk berdasarkan penyimpangan makna. Sebenarnya, seperti juga pada simile, dalam metafora terdapat dua bentuk bahasa (penanda) yang maknanya diperban-dingkan. Namun, di sini, sebagaimana dikatakan oleh Kerbrat Orecchioni, salah satu unsur bahasa yang dibandingkan itu tida kmuncul, melainkan bersifat implisit. Sifat implisit ini menyebabkan adanya perubahan acuan pada penanda yang digunakan. Selain itu, tidak ada kata yang menunjukkan perbandingan seperti dalam simile. Hal-halinilah yang mungkin menjadi masalah dalam pemahaman metafora.

Contoh:

ü Banyak mahasiswa yang mencoba memperebutkan mawar fakultas Ilmu Pengetahuan Buda yaitu.

ü Pada kalimat di atas, kata mawar digunakan untuk menyebut gadis. Ini berarti, keduanya diperbandingkan. Komponen maknapenyama: cantik/indah, segar, harum, berduri, cepatlayu.

ü Komponen makna pembeda: untuk “gadis” adalah manusia, berjenis wanita,

ü untuk “mawar” adalah bagian dari tanaman

Berikut ini akan dikemukakan pula bagan segitiga semantik metafora:

ü Contoh: Aku adalah burung yang terbang bebas

3.5 Gaya Bahasa Personifikasi

Adalah gaya bahasa yang menampilkan binatang, tanaman, atau benda sebagai manusia.

Contoh:

ü “Melambai-lambainyiur di pantai” (cuplikanlagu Tanah airku Indonesia) .

ü Unsur yang dibandingkan: “gerakantangan” dengan “gerakan daunnyiur”.

ü Komponen makna penyama: “gerakan”, bagian dari sesuatu yang besar “(tangan/daun)”.

  •  Komponen makna pembeda untuk tangan adalah bagian dari “manusia”.
  •  Komponen makna pembeda untuk daunnyiur adalah “tanaman”. Di sini yang muncul hanya gerakan daunnyiur, sedangkangerakantanganmanusiamenjadiimplisit. Acuan pun berubah, yang melambaibukanlagitanganmanusia, melainkandaunnyiur.

3.6 Gaya BahasaSarkasme

Adalahgayabahasa yang paling kasar, bahkankadang-kadangmerupakankutukan.

Contoh : Mampuspun aku tak peduli, diberinasihat aku tak peduli, diberi nasihat masuk ketelinga.

3.7 Gaya BahasaMetonimia

Metonimia ialah gaya bahasa yang menggunakan nama barang, orang, hal, atau cirri sebagai pengganti barang itu sendiri.

Contoh:

Parker jauhlebihmahaldaripada pilot
Dalam pemilu tahun ini, Partai A kehilangan 4 kursi
3.8 Gaya Bahasa Litotes

Gaya bahasa yang berupa pernyataan yang bersifat mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.

Contoh:

Apa yang kami berikan memang tidak berarti bagimu
Berilah Ia sesuap nasi
3.9 Gaya BahasaPleonasme

Adalah gaya bahasa yang memberikan keterangan dengan kata-kata yang maknanya sudah tercakup dalam kata yang diterangkan atau mendahului.

Contoh : Darah merah membasahi baju dan tubuhnya

D. JARGON DAN KATA SLANG

4.1 Jargon

Jargon mengandung beberapa pengertian. Pertama, jargon adalah kata-kata yang mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau tutur yang dianggap kurang sopan atau aneh. Kedua, jargon diartikan sebagai bahasa yang timbul dari percampuran bahasa-bahasa, dianggap sebagai bahasa perhubungan. Ketiga, jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang tertentu.

4.2 Kata Slang

Kata slang adalah kata percakapan yang tinggi atau murni. Kadang, kata slang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau kadang berupa pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna yang lain.

Contoh Slang : asoy, manatahan, belumtahu, dia, dan sebagainya (bersifatsementara)

E. PILIHAN KATA

5.1 Kata Kajian

Kajian berarti hasil mengkaji, adalah :

– Kata yang perlu ditelaah lebih jauh maknanya kerena tidak bisa langsung dipahami oleh semua orang.

– Kata yang dipakai untu ksuatu pengkajian atau kepentingan keilmuan.

– Kata yang dipakai oleh para ahli / ilmuwan dalam bidangnya.

– Kata yang dikenal dan dipakai oleh para ilmuwan atau kaum terpelajar dalam karya-karya ilmiah.

sumber :

1. http://www.horoscopedays.com/?v=8&cid=4470&ax=1&clickid=0066992372150720767&ext_inv_code=107361&dfpid=110107361&oid=7688

2. http://mustafauzee.wordpress.com/2013/05/16/pilihan-kata-diksi/

Artikel “EYD Dan Tanda Baca”

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi

Pada 23 mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).
Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.
Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:

  • ‘tj’ menjadi ‘c’ : tjutji → cuci
  • ‘dj’ menjadi ‘j’ : djarak → jarak
  • ‘oe’ menjadi ‘u’ : oemoem -> umum
  • ‘j’ menjadi ‘y’ : sajang → sayang
  • ‘nj’ menjadi ‘ny’ : njamuk → nyamuk
  • ‘sj’ menjadi ‘sy’ : sjarat → syarat
  • ‘ch’ menjadi ‘kh’ : achir → akhir
  • awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ dibedakan penulisannya. Kata depan ‘di’ pada contoh “di rumah”, “di sawah”, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara ‘di-’ pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Untuk penjelasan lanjutan tentang penulisan Tanda Baca, dapat dilihat pada Penulisan Tanda Baca Sesuai Eyd
sumber : http://devisaridahlia.blogspot.com/2010/02/eyd-ejaan-yang-di-sempurnakan.html

Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:

  • Irwan S. Gatot
  • George W. Bush

Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh: Anthony Tumiwa
3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:

  • Dr. (doktor)
  • S.E. (sarjana ekonomi)
  • Kol. (kolonel)
  • Bpk. (bapak)

4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:

  • dll. (dan lain-lain)
  • dsb. (dan sebagainya)
  • tgl. (tanggal)
  • hlm. (halaman)

5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:

  • Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
  • 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:

  • Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
  • Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.

8. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:

  • DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
  • SMA (Sekolah Menengah Atas)
  • PT (Perseroan Terbatas)
  • WHO (World Health Organization)
  • UUD (Undang-Undang Dasar)
  • SIM (Surat Izin Mengemudi)
  • Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
  • rapim (rapat pimpinan)

9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
contoh:

  • Cu (tembaga)
  • 52 cm
  • l (liter)
  • Rp350,00

10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
contoh:

  • Latar Belakang Pembentukan
  • Sistem Acara
  • Lihat Pula

Tanda Koma (,)

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata sepertitetapi, danmelainkan.
Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:

  • Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
  • Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnyaoleh karena itujadilagi pulameskipun begituakan tetapi.
Contoh:

  • Oleh karena itu, kamu harus datang.
  • Jadi, saya tidak jadi datang.

5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
contoh:

  • O, begitu.
  • Wah, bukan main.

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh: Kata adik, “Saya sedih sekali”.
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:

  • Medan, 18 Juni 1984
  • Medan, Indonesia.

8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
contoh: Rinto Jiang, S.E.
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:

  • 33,5 m
  • Rp10,50

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
13. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
contoh: “Di mana Rex tinggal?” tanya Stepheen.

Tanda Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

Tanda Titik Dua (:)

1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh:

  • Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
  • Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua : Borgx
Wakil Ketua : Hayabuse
Sekretaris : Ivan Lanin
Wakil Sekretaris : Irwan Gatot
Bendahara : Rinto Jiang
Wakil bendahara : Rex
3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Borgx : “Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!”
Rex : “Siap, Boss!”
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
5. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

Tanda Hubung (-)

1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
2. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Contoh:

  • p-e-n-g-u-r-u-s
  • 8-4-1973

3. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan:

  • ber-evolusi dengan be-revolusi
  • dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).
  • Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah

4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
Contoh:

  • se-Indonesia
  • hadiah ke-2
  • tahun 50-an
  • ber-SMA
  • KTP-nya nomor 11111
  • sinar-X
  • Menteri-Sekretaris Negara

5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh:

  • di-charter
  • pen-tackle-an

Tanda Pisah (–, —)

1a. Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.
1b. Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
2a. Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’, atau ‘sampai’.
Contoh:

  • 1919–1921
  • Medan–Jakarta
  • 10–13 Desember 1999

2b. Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama tanda kurang (−).
Contoh:

  • dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65
  • antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 1492–1499
  • −4 sampai −6 °C, bukan −4–−6 °C

Tanda Elipsis (…)

1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama.
Contoh: Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ….

Tanda Tanya (?)

1. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
Contoh:

  • Kapan ia berangkat?
  • Saudara tahu, bukan?

2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:

  • Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
  • Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh:

  • Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
  • Bersihkan meja itu sekarang juga!
  • Sampai hati ia membuang anaknya!
  • Merdeka!

Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan atau transkripsi drama.

Tanda Kurung ((…))

1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh:

  • Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
  • Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.

3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh:

  • Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadikokain(a)
  • Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.

4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
Contoh:

  • Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.
  • Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.
  • Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan seorang pemimpin Ukraina. Dia juga dikenal sebagai Matviy Hryhoriyiv.

Tanda Kurung Siku ([…])

1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.

Tanda Petik (“…”)

1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:

  • “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
  • Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia.”

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh:

  • Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
  • Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam Tempo.
  • Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh:

  • Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
  • Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.

4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh: Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Contoh:

  • Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.
  • Bang Komar sering disebut “pahlawan”; ia sendiri tidak tahu sebabnya.

Tanda Petik Tunggal (‘…’)

1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:

  • Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
  • “Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.

2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh: feed-back, ‘balikan’

Tanda Garis Miring (/)

1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:

  • No. 7/PK/1973
  • Jalan Kramat III/10
  • tahun anggaran 1985/1986

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiapper atau sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh:

  • harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)
  • kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)
  • 7/8 atau 78
  • xn/n!

Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi ÷ .
Contoh: 10 ÷ 2 = 5.
Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis pembagi dapat dipakai.
Contoh: \textstyle\frac{x^n}{n!}.
3. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kataatau.

Tanda Penyingkat (Apostrof)(‘)

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh:

  • Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
  • Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)
  • 1 Januari ’88 (’88 = 1988)

Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.

sumber:

1. http://widiapriyadi.blogspot.com/2012/11/eyd-dan-tanda-baca.html

 

ARTIKEL “RAGAM BAHASA”

1) Ragam menurut golongan penutur bahasa, terdiri atas:

a) Ragam Daerah, dikenal dengan nama logat atau dialek
b) Ragam Pendidikan, terdiri atas ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku
c) Sikap penutur, dikenal dengan langgam atau gaya

2) Ragam menurut jenis pemakaian bahasa, terdiri atas

a)Ragam dari sudut pandang bidang/pokok persoalan. Misalnya, ragam bahasa bidang politik (istilah khusus)
b) Ragam menurut sarananya: ragam lisan dan tulisan Karakteristik Ragam Bahasa Tulis

• Accuracy (akurat) yaitu kelogisan segala informasi atau gagasan yang dituliskan
• Bravety (ringkas) yaitu pengungkapan gagasan yang ringkas, tidak menggunakan kata-kata mubazir
• Clarity (jelas) yaitu tulisan mudah dipahami, penalaran jelas, tidak menimbulkan tafsir ganda.

Ragam Bahasa Berdasarkan Wacana :

1. Ragam Ilmiah: bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah, ceramah, tulisan-tulisan ilmiah
2. Ragam Populer: bahasa yang digunakan dalam tulisan sehari-hari dan dalam pergaulan sehari-hari

Ragam Bahasa Baku :

• Ciri Ragam Bahasa Baku :

1. Kemantapan dinamis
2. Kecendekiaan
3. Keseragaman kaidah

• Ciri Struktur bahasa Indonesia Baku :

1. Lengkap secara morfologis
2. Lengkap secara struktur
3. Penggunaan jenis kata/diksi yang tepat
4. Penggunaan kalimat yang efektif
5. Keparalelan/kesejajaran

SUMBER:

1. http://blog-kuliah.blogspot.com/2012/12/ragam-bahasa-indonesia_7.html

2. http://www.slideshare.net/SugengRahardjo/fungsi-dan-ragam-bahasa

ARTIKEL BAHASA INDONESIA “PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA”

A. Pengertian bahasa
Secara umum bahasa didefinisikan sebagai lambang. Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa system lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia.
Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyaimakna, yaitu, hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep yang diwakiliKumpulan kata atau kosakata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad,disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus atau leksikon.
Pada waktu kita berbicara atau menulis, kata-kata yang kita ucapkan atau kita tulis tidak tersusun begitusaja, melainkan mengikuti aturan yang ada. Untuk mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaan, kitaharus memilih kata-kata yang tepat dan menyusun kata-kata itu sesuai dengan aturan bahasa. Seperangkataturan yang mendasari pemakaian bahasa, atau yang kita gunakan sebagai pedoman berbahasa inilah yangdisebut tata bahasa.
Pada bab berikutnya, sehubungan dengan tata bahasa akan kita bicarakan secara terperinci fonologi, morfologi, sintaksis, semantikdan etimologi. Fonologi ialah bagian tata bahasa yang membahas atau mempelajari bunyi bahasa. Morfologi mempelajari proses pembentukan kata secara gramatikal besertaunsur-unsur dan bentuk-bentuk kata. Sintaksis membicarakan komponen-komponen kalimat dan proses pembentukannya. Bidang ilmu bahasa yang secara khusus menganalisis arti atau makna kata ialah semantik, sedang yang membahas asal-usul bentuk kata adalah etimologi,B. Fungsi bahasa

Fungsi utama bahasa, seperti disebutkan di atas, adalah sebagai alat komunikasi, atau sarana untuk menyampaikan informasi (fungsi informatif).
Tetapi, bahasa pada dasarnya lebih dari sekadar alat untuk menyampaikan informasi, atau mengutarakan pikiran, perasaan, atau gagasan, karena bahasa juga berfungsi:a.untuk tujuan praktis: mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari.

b.untuk tujuan artistik: manusia mengolah dan menggunakan bahasa dengan seindah- indahnya  guna pemuasan rasa estetis manusia.
c.sebagai kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain, di luar pengetahuan kebahasaan.
d.untuk mempelajari naskah-naskah tua guna menyelidiki latar belakang sejarah manusia, selama
kebudayaan dan adat-istiadat, serta perkembangan bahasa itu sendiri (tujuan filologis). Dikatakan oleh para ahli budaya, bahwa bahasalah yang memungkinkan kita membentuk diri sebagaimakhluk bernalar, berbudaya, dan berperadaban. Dengan bahasa, kita membina hubungan dan kerja sama,mengadakan transaksi, dan melaksanakan kegiatan sosial dengan bidang dan peran kita masing-masing.Dengan bahasa kita mewarisi kekayaan masa lampau, menghadapi hari ini, dan merencanakan masa depan.
Jika dikatakan bahwa setiap orang membutuhkan informasi itu benar. Kita ambil contoh, misalnya,mahasiswa. Ia membutuhkan informasi yang berkaitan dengan bidang studinya agar lulus dalam setiapujian dan sukses meraih gelar atau tujuan yang diinginkan. Seorang dokter juga sama. Ia memerlukaninformasi tentang kondisi fisik dan psikis pasiennya agar dapat menyembuhkannya dengan segera.Contoh lain, seorang manager yang mengoperasikan, mengontrol, atau mengawasi perusahaan tanpainformasi tidak mungkin dapat mengambil keputusan atau menentukan kebijakan. Karena setiap orang membutuhkan informasi, komunikasi sebagai proses tukar-menukar informasi, dengan sendirinya bahasa juga mutlak menjadi kebutuhan setiap orang.C. Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia

Sebagaimana kita ketahui dari uraian di atas, bahwa sesuai dengan ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28Oktober 1928, bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa nasional, dan sesuai dengan bunyi UUD 45, BabXV, Pasal 36 Indonesia juga dinyatakan sebagai bahasa negara. Hal ini berarti bahwa bahasa Indonesiamempunyai kedudukan baik sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.
Yang dimaksud dengan kedudukan bahasa ialah status relatif bahasa sebagai sistem lambang nilai budaya,yang dirumuskan atas dasar nilai sosialnya Sedang fungsi bahasa adalah nilai pemakaian bahasa tersebutdi dalam kedudukan yang diberikan.
1. Bahasa Nasional
Sehubungan dengan kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki empat fungsi. Keempat fungsi tersebut ialah sebagai:
1.lambang identitas nasional,
2.lambang kebanggaan nasional,
3.alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial budaya  dan bahasa yang berbeda-beda, dan
4.alat perhubungan antarbudaya dan daerah.
2. Bahasa Negara
Berkaitan dengan statusnya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1.bahasa resmi negara,
2.bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
3.bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan
4.bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi.
D. Bahasa Indonesia baku
 
Bahasa Indonesia yang baku ialah bahasa Indonesia yang digunakan orang-orang terdidik dan yangdipakai sebagai tolak bandingan penggunaan bahasa yang dianggap benar. Ragam bahasa Indonesia yangbaku ini biasanya ditandai oleh adanya sifat kemantapan dinamis dan ciri kecendekiaan. Yang dimaksuddengan kemantapan dinamis ini ialah bahwa bahasa tersebut selalu mengikuti kaidah atau aturan yangtetap dan mantap namun terbuka untuk menerima perubahan yang bersistem. Ciri kecendekiaan bahasa baku dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di berbagai bidang kehidupan dan ilmu pengetahuan. Bahasa Indonesia baku dipakai dalam:
1.komunikasi resmi, seperti dalam surat-menyurat resmi, peraturan pengumuman  instansi resmi atau undang-undang;
2.tulisan ilmiah, seperti laporan penelitian, makalah, skripsi, disertasi dan buku-buku     ilmu pengetahuan
3.pembicaraan di muka umum, seperti dalam khotbah, ceramah, kuliah pidato; dan
4.pembicaraan dengan orang yang dihormati atau yang belum dikenal.
E. Peranan dan Fungsi Bahasa Indonesia dalam Konteks Ilmiah
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, antara lain, bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Dengan demikian ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional, sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928, dan kedua bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam tulisan ilmiah, bahasa sering diartikan sebagai tulisan yang mengungkapkan buah pikiran sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan, penelitian yang seksama dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu, menurut metode tertentu, dengan sistematika penulisan tertentu, serta isi, fakta, dan kebenarannya dapat dibuktikan dan dapat dipertanggungjawabkan. Bentuk-bentuk karangan ilmiah identik dengan jenis karangan ilmiah, yaitu makalah, laporan praktik kerja, kertas kerja, skripsi, tesis, dan disertasi.Dalam penulisan ilmiah, bahasa merupakan hal yang terpenting. Untuk itu kita harus sebaik mungkin menggunakannya. Antara lain :

• Dalam hal penggunaan ejaan. Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulismenulis yang distandarisasikan; yang meliputi pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
• Dalam hal penulisan kata. Baik kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, kata ganti, kata depan, kata sandang, maupun gabungan kata.
• Dalam penggunaan partikel lah, kah, tah, pun. Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Pergilah sekarang! Sedangkan partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Contoh: Jika engkau pergi, aku pun akan pergi. Kata-kata yang sudah dianggap padu ditulis serangkai, seperti andaipun, ataupun, bagaimanapun, kalaupun, walaupun, meskipun, sekalipun.
• Dalam hal pemakaian Ragam Bahasa. Berdasarkan pemakaiannya, bahasa memiliki bermacam-macam ragam sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta lingkungannya. Ragam bahasa pada pokoknya terdiri atas ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan terdiri atas ragam lisan baku dan ragam lisan takbaku; ragam tulis terdiri atas ragam tulis baku dan ragam tulis takbaku.
• Dalam penulisan Singkatan dan Akronim.Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan jabatan atau pangkat diikuti tanda titik. Contoh: Muh. Yamin, S.H. (Sarjana Hukum ). Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Contoh: dll. hlm. sda. Yth. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Contoh: DPR GBHN KTP PT. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Contoh: ABRI LAN IKIP SIM. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Contoh: Akabri Bappenas Iwapi Kowani.
• Dalam penulisan Angka dan Lambang Bilangan. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Contoh: Abad XX dikenal sebagai abad teknologi.
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai berturut-turut. Contoh: Ada sekitar lima puluh calon mahasiswa yang tidak diterima diperguruan tinggi itu.
• Dalam pemakaian tanda baca. Pemakaian tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik dua (:), tanda titik koma (,), tanda hubung, (-) tanda pisah (_), tanda petik (“), tanda garis miring, (/) dan tanda penyingkat atau aprostop (‘).
• Dalam pemakaian imbuhan, awalan, dan akhiran.
Dalam penulisan ilmiah, selain harus memperhatikan faktor kebahasaan, kita pun harus mempertimbangkan berbagai faktor di luar kebahasaan. Faktor tersebut sangat berpengaruh pada penggunaan kata karena kata merupakan tempat menampung ide. Dalam kaitan ini, kita harus memperhatikan ketepatan kata yang mengandung gagasan atau ide yang kita sampaikan, kemudian kesesuaian kata dengan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca.
Mengetahui Fungsi Bahasa Secara Umum
Fungsi umum bahasa indonesia adalah sebagai alat komunikasi sosial. Bahasa pada dasarnya sudah menyatu dengan kehidupan manusia. Aktivitas manusia sebagai anggota masyarakat sangat bergantung pada penggunaan bahasa masyarakat setempat. Gagasan, ide, pikiran, harapan dan keinginan disampaikan lewat bahasa.
Selain fungsi bahasa diatas, bahasa merupakan tanda yang jelas dari kepribadian manusia. Melalui bahasa yang digunakan manusia, maka dapat memahami karakter, keinginan, motif, latar belakang pendidikan, kehidupan sosial, pergaulan dan adat istiadat manusia.
Menurut Sumiati Budiman (1987 : 1) mengemukakan bahwa fungsi bahasa dapat dibedakan berdasarkan tujuan, yaitu :
1. Fungsi praktis
Bahasa digunakan sebagai komunikasi dan interakis antar anggota masyarakat dalam pergaulan hidup sehari-hari.
2. Fungsi cultural
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyimpan, menyebarkan dan mengembangkan kebudayaan.
3. Fungsi artistic
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan rasa estetis (keindahan) manusia melalui seni sastra.
4. Fungsi edukatif
Bahasa digunakan sebagai alat menyampaikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Fungsi politis
Bahasa digunakan sebagai alat untuk mempusatkan bangsa dan untuk  menyelenggarakan administrasio pemerintahan.
Mencermati keadaan dan perkembangan dewasa ini, semakin terasakan betapa besar fungsi dan peran bahasa dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa kehidupan manusia terasa hampa dan tidak berarti. Melalui peran bahasa, manusia dapat menjadikan dirinya menjadi manusia berbudi pekerti, berilmu dan bermartabat tinggi. Berdasarkan semua ini, dapat disimpulkan fungsi bahasa yaitu sbb:
1. Bahasa sebagai alat komunikasi
Melalui Bahasa, manusia dapat berhubungan dan berinteraksi dengan alam sekitarnya, terutama sesama manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dapat memikirkan, mengelola dan memberdayakan segala potensi untuk kepentingan kehidupan umat manusia menuju kesejahteraan adil dan makmur. Manusia dalam berkomunikasi tentu harus memperhatikan dan menerapkan berbagai etika sehingga terwujud masyarakat yang madani selamat dunia dan akhirat. Bahasa sebagai alat komunikasi berpotensi untuk dijadikan sebagai sarana untuk mencapai suatu keberhasilan dan kesuksesan hidup manusia, baik sebagai insan akademis maupun sebagai warga masyarakat. Penggunaan bahasa yang tepat menjadikan seseorang dalam memperlancar segala urusan. Melalui bahasa yang baik, maka lawan komunikasi dapat memberikan respon yang positif. Akhirnya, dapat dipahami apa maksud dan tujuannya.
2. Bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri
Sebagai alat ekspresi diri, bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam diri seseorang, baik berbentuk perasaan, pikiran, gagasan, dan keinginan yang dimilikinya. Begitu juga digunakan untuk menyatakan dan memperkenalkan keberadaan diri seseorang kepada orang lain dalam berbagai tempat dan situasi.
Mengetahui Fungsi Bahasa Secara Khusus :
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia secara umum Istilahke dudukan dan fungsi tentunya sering kita dengar, bahkan pernah kita pakai. Misalnya dalam kalimat “Bagaimana kedudukan dia sekarang?”, “Apa fungsi baut yang Saudara pasang pada mesin ini?”, dan sebagainya. Kalau kita pernah memakai kedua istilah itu tentunya secara tersirat kita sudah mengerti maknanya.
Hal ini terbukti bahwa kita tidak pernah salah pakai menggunakan kedua istilah itu. Kalau demikian halnya, apa sebenarnya pengertian kedudukan dan fungsi bahasa? Samakah dengan pengertian yang pernah kita pakai? Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara terlisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial.
Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari- hari, yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan. Ia selalu mengikuti kehidupan manusia sehari-hari, baik sebagai manusia anggota suku maupun anggota bangsa. Karena kondisi dan pentingnya bahasa itulah, maka ia diberi ‘label’ secara eksplisit oleh pemakainya yang berupa
kedudukan dan fungsi tertentu.
Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai oleh pemakainya (baca: masyarakat bahasa) perlu dirumuskan secara eksplisit, sebab kejelasan ‘label’ yang diberikan akan mempengaruhi masa depan bahasa yang bersangkutan. Pemakainya akan menyikapinya secara jelas terhadapnya. Pemakaiannya akan memperlakukannya sesuai dengan ‘label’ yang dikenakan padanya.
Di pihak lain, bagi masyarakat yang dwi bahasa (dwilingual), akan dapat ‘memilah-milahkan’ sikap dan pemakaian kedua atau lebih bahasa yang digunakannya. Mereka tidak akan memakai secara sembarangan. Mereka bisa mengetahui apan dan dalam situasi apa bahasa yang satu dipakai, dan kapan dan dalam situasi apa pula bahasa yang lainnya dipakai. Dengan demikian perkembangan bahasa (-bahasa) itu akan menjadi terarah. Pemakainya akan berusaha mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa yang telah disepakatinya dengan, antara lain, menyeleksi unsur-unsur bahasa lain yang ‘masuk’ ke dalamnya.

 

SUMBER: