BAB I

PENDAHULUAN

            Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat resiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Tantangan melakukan analisis dan menginterpretasikan rasio-rasio keuangan yang muncul.

Dengan demikian penulis akan menjelaskan pengertian laporan keuangan, pengertian analisis laporan keuangan, macam-macam analisis laporan keuangan, manfaat dan tujuan analisis laporan keuangan. Kemudian setelah itu penulis akan membuat rasio keuangan, serta akan menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi laporan keuangan.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling memungkinkan mengenai kondisi dan kinerja perusahaan dimasa mendatang.

  1. Macam-Macam Analisis Laporan Keuangan

Terdapat dua jenis analisa laporan keuangan diantaranya :

  1. Analisa Vertikal (menghubungkan antara pos-pos dalam suatu laporan keuangan)

Yaitu analisis rasio, analisis modal kerja, analisis kas, dan masih banyak lagi.

  1. Analisis Horizontal (menghubungkan pos-pos antar laporan keuangan)

Yaitu analisis perbandingan (baik antar tahun).

  1. Manfaat dan Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Manfaat dan tujuan yang didapat dari melakukan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu.
  2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan perusahaan.
  3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan.
  4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan untuk penilaian kierja manajemen perusahaan.
  5. Rasio Keuangan

Rasio keuangan atau financial ratio merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran kas). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.

 

Secara umum rasio keuangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

  1. Rasio Profitabilitas / Rentabilitas.

Rasio yang digunakan untuk megukur kamampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rasio ini antara lain, GPM (Gross Profit Margin), OPM (Operatig Profit Margin), NPM (Net Profit Margin), ROA(Return to Toal Asset), dan REO (Return Of Equity).

  1. Rasio LIkuiditas.

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin kewajiban-kewajiban lancenya. Rasio ini antara lain, Rasio Kas (Cash Ratio), Rasio Cepat (Quick Ratio), Rasio Lancar (Current Ratio).

  1. Rasio Leverage / Solvabilitas.

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengelolaan sumber dana perusahaan. Beberapa rasio ini antara lain, Rasio Total Hutang terhadap Modal sendiri, Total Hutang terhadap Total Asset, TIE (Time Interest Earned).

  1. Rasio Aktivitas.

Rasio yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya.

Berikut adalah laporan keuangan PT. Nippon Indosari Corpindo.tbk tahun 2010, 2011, 2012 beserta analisis dan perhitungan 4 rasio diatas:

 

 

 

Perhitungan Per Desember Tahun 2010

  1. Rasio Likuiditas

Current Ratio = Total Aktiva Lancar / Total Hutang Lancar

Current Ratio   = Rp 213.030.020.197 / Rp 92.639.122.006 = Rp 2,30

Analisis : Setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh 2,30 harta lancar atau perbandingannya antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah 2,30 : 1

Quick Ratio = (Total Aktiva Lancar – Persediaan) / Total Hutang Lancar

Quick Ratio  = (Rp 213.030.020.197 – Rp 9.602.287.926) / Rp 92.639.122.006

= Rp 203.427.732.271 / Rp 92.639.122.006 = Rp 2,20

Analisis : Rata-rata industri tingkat liquidnya atau quick ratio adalah 0,5 kali sedangkan pada PT. Nippon Indosari Corpindo.tbk 2,20 maka keadaannya sangat baik karena perusahaan dapat membayar hutang walaupun dikurangi persediaan.

 

  1. Rasio Solvabilitas

Total Dept to Equity Ratio = (Total Hutang / Ekuitas Pemegang Saham) x 100%

Total Dept to Equity Ratio    = (Rp 112.812.910.988 / Rp 455.452.430.838) x 100%

= 0,25 x 100% = 25%

Analisis : Merupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Perusahaan dibiayai 25% untuk tahun 2010.

To Debt to Asset Ratio = (Total Hutang / Total Aktiva) x 100%

To Debt to Asset Ratio  = (Rp 112.812.910.088 / Rp 568.265.341.826) x 100%

= 0,20 x 100% = 20%

Analisis : Pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang untuk tahun 2010 artinya bahwa setiap Rp 100 pendanaan perusahaan Rp 20 dibiayai dengan hutang dan Rp 80 disediakan oleh pemegang saham.

 

  1. Rasio Provabilitas / Rentabilitas

Gross Profit Margin = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) x 100%

Gross Profit Margin    = (Rp 289.024.873.413 / Rp 612.192.357.641) x 100%

= 0,47 x 100% = 47%

Analisis : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari penjualan bersih adalah sebesar 47%

Net Profit Margin = (Laba Setelah Pajak / Total Aktiva) x 100%

Net Profit Margin   = (Rp 99.775.124.375 / Rp 568.265.341.826) x 100%

= 0,17 x 100% = 17%

Analisis : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih adalah sebesar 17%

Operating Profit Margin = (Laba Usaha / Penjualan Bersih) x 100%

Operating Profit Margin    =  (Rp 135.657.905.022 / Rp 612.192.357.641) x 100%

\                                           = 0,22 x 100% = 22%

Analisis : Operating Ratio mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan sehingga rasio ini rendah menunjukan keadaan yang baik karena setiap rupiah penjualan yang terserap dengan biaya juga rendah dan tersedia untuk laba yang besar.

Return Of Equity = (Laba Bersih Setelah Pajak / Total Modal Pemegang Saham) x 100%

Return Of Equity   = (Rp 99.775.124.375 / Rp 455.452.430.838) x 100%

= 0,22 x 100% = 22%

Analisis : pengambilan atas modal perusahaan sebesar 22%

 

  1. Rasio Aktivitas

Inventory Turnover = Hpp / Persediaan

Inventory Turnover          = Rp 323.167.484.228 / Rp9.602.287.926 = 33,65

Analisis : Inventory Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu periode tersentu. Pada perusahaan ini inventory turnover adalah sebesar 33,65

Total Asset Turnover = Penjualan Bersih / Total Aktiva

Total Asset Turnover       = Rp 612.192.357.641 / Rp 568.265.341.826 = 1,07

Analisis : Total asset Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode. Pada perusahaan ini total asset turnover sebesar 1,07.

Working Capital Turnover = Penjualan Bersih / (Total aktiva Lancar – Total Hutang Lancar)

Working Capital Turnover    = Rp 612.192.357.641 / (Rp 213.030.020.197 – Rp 92.639.122.006)

= Rp 612.192.357.641 / Rp 120.390.898.191 = 5,08

Analisis : Working Capital Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja yang berputar pada satu periode siklus kas yang terdapat pada perusahaan. Pada perusahaan ini working capital turnover sebesar 5,08.

 

Perhitungan Per Desember Tahun 2011

  1. Rasio Likuiditas

Current Ratio = Total Aktiva Lancar / Total Hutang Lancar

Current Ratio   = Rp 190.274.251.538 / Rp 148.209.117.955 = Rp 1,28

Analisis : Setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh 1,28 harta lancar atau perbandingannya antara aktiva lancer dengan hutang lancar adalah 1,28: 1

Quick Ratio = (Total Aktiva Lancar – Persediaan) / Total Hutang Lancar

Quick Ratio  = (Rp 190.274.251.538 – Rp 16.305.869.407) / Rp 148.209.117.955

= Rp 173.968.382.131 / Rp 148.209.117.955 = Rp 1,17

Analisis : Rata-rata industri tingkat liquidnya atau quick ratio adalah 0,5 kali sedangkan pada PT. Nippon Indosari Corpindo.tbk 1,17 maka keadaannya sangat baik karena perusahaan dapat membayar hutang walaupun dikurangi persediaan.

 

  1. Rasio Solvabilitas

Total Dept to Equity Ratio = (Total Hutang / Ekuitas Pemegang Saham) x 100%

Total Dept to Equity Ratio    = (Rp 212.695.735.714 / Rp 546.441.182.786) x 100%

=  0,39 x 100% = 39%

Analisis : Merupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Perusahaan dibiayai 39% untuk tahun 2011.

To Debt to Asset Ratio = (Total Hutang / Total Aktiva) x 100%

To Debt to Asset Ratio  = (Rp 212.695.735.714 / Rp 759.136.918.500) x 100%

= 0,28 x 100% = 28%

Analisis : Pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang untuk tahun 2010 artinya bahwa setiap Rp 100 pendanaan perusahaan Rp 28 dibiayai dengan hutang dan Rp 72 disediakan oleh pemegang saham.

 

  1. Rasio Provabilitas / Rentabilitas

Gross Profit Margin = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) x 100%

Gross Profit Margin    = (Rp 379.403.837.133 / Rp 813.342.078.952) x 100%

=  0,46 x 100% = 46%

Analisis : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari penjualan bersih adalah sebesar 46%

Net Profit Margin = (Laba Setelah Pajak / Total Aktiva) x 100%

Net Profit Margin   = (Rp 115.932.533.042 / Rp 759.136.918.500) x 100%

= 0,15 x 100% = 15%

Analisis : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih adalah sebesar 15%

Return Of Equity = (Laba Bersih Setelah Pajak / Total Modal Pemegang Saham) x 100%

Return Of Equity   = (Rp 115.932.533.042 / Rp 546.441.182.786) x 100%

= 0,21 x 100% = 21%

Analisis : pengambilan atas modal perusahaan sebesar 21%

 

  1. Rasio Aktivitas

Inventory Turnover = Hpp / Persediaan

Inventory Turnover          = Rp 433.938.241.819 / Rp 16.305.869.407 = 26,61

Analisis : Inventory Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu periode tersentu. Pada perusahaan ini inventory turnover adalah sebesar

Total Asset Turnover = Penjualan Bersih / Total Aktiva

Total Asset Turnover       = Rp 813.342.078.952 / Rp 759.136.918.500 = 1,08

Analisis : Total asset Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode. Pada perusahaan ini total asset turnover sebesar 1,08.

Working Capital Turnover = Penjualan Bersih / (Total aktiva Lancar – Total Hutang Lancar)

Working Capital Turnover  = Rp 813.342.078.952 / (Rp 190.274.251.538 – Rp 148.209.117.955)

= Rp 813.342.078.952 / Rp 42.065.133.583 = 19,3

Analisis : Working Capital Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja yang berputar pada satu periode siklus kas yang terdapat pada perusahaan. Pada perusahaan ini working capital turnover sebesar 19,3.

 

Perhitungan Per Desember Tahun 2012

  1. Rasio Likuiditas

Current Ratio = Total Aktiva Lancar / Total Hutang Lancar

Current Ratio   = Rp 219.818.034.145 / Rp 195.455.567.772 = Rp 1,12

Analisis : Setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh 1,12 harta lancar atau perbandingannya antara aktiva lancer dengan hutang lancar adalah 1,12 : 1

Quick Ratio = (Total Aktiva Lancar – Persediaan) / Total Hutang Lancar

Quick Ratio  = (Rp 219.818.034.145  – Rp 22.598.712.855) / Rp 195.455.567.772

= Rp  197.219.321.290 / Rp 195.455.567.772  = Rp 1,009

Analisis : Rata-rata industri tingkat liquidnya atau quick ratio adalah 0,5 kali sedangkan pada PT. Nippon Indosari Corpindo.tbk  1,009 maka keadaannya sangat baik karena perusahaan dapat membayar hutang walaupun dikurangi persediaan.

 

  1. Rasio Solvabilitas

Total Dept to Equity Ratio = (Total Hutang / Ekuitas Pemegang Saham) x 100%

Total Dept to Equity Ratio    = (Rp 538.337.083.673 / Rp 666.607.597.550) x 100%

= 0,81 x 100% = 81%

Analisis : Merupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Perusahaan dibiayai 81% untuk tahun 2012.

To Debt to Asset Ratio = (Total Hutang / Total Aktiva) x 100%

To Debt to Asset Ratio  = (Rp 538.337.083.673 / Rp 1.204.944.681.223) x 100%

= 0,44 x 100% = 44%

Analisis : Pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang untuk tahun 2010 artinya bahwa setiap Rp 100 pendanaan perusahaan Rp 44 dibiayai dengan hutang dan Rp 56 disediakan oleh pemegang saham.

 

  1. Rasio Provabilitas / Rentabilitas

Gross Profit Margin = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) x 100%

Gross Profit Margin    = (Rp 556.412.908.045 / Rp 1.190.852.893.340) x 100%

=  0,46 x 100% = 46%

Analisis : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari penjualan bersih adalah sebesar 46%

Net Profit Margin = (Laba Setelah Pajak / Total Aktiva) x 100%

Net Profit Margin   = (Rp 149.149.548.025 / Rp 1.204.944.681.223) x 100%

= 0,12 x 100% = 12%

Analisis : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih adalah sebesar 12%

Operating Profit Margin = (Laba Usaha / Penjualan Bersih) x 100%

Operating Profit Margin    =  (Rp 199.403.319.484 / Rp 1.190.852.893.340) x 100%

\                                           = 0,16 x 100% = 16%

Analisis : Operating Ratio mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan sehingga rasio ini rendah menunjukan keadaan yang baik karena setiap rupiah penjualan yang terserap dengan biaya juga rendah dan tersedia untuk laba yang besar.

Return Of Equity = (Laba Bersih Setelah Pajak / Total Modal Pemegang Saham) x 100%

Return Of Equity   = (Rp 149.149.548.025 / Rp 666.607.597.550) x 100%

= 0,22 x 100% = 22%

Analisis : pengambilan atas modal perusahaan sebesar 22%

 

  1. Rasio Aktivitas

Inventory Turnover = Hpp / Persediaan

Inventory Turnover          = Rp 634.412.985.295 / Rp 22.598.712.855 = 28,07

Analisis : Inventory Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu periode tersentu. Pada perusahaan ini inventory turnover adalah sebesar 28,07

Total Asset Turnover = Penjualan Bersih / Total Aktiva

Total Asset Turnover       = Rp 1.190.852.893.340 / Rp 1.204.944.681.223 = 0,98

Analisis : Total asset Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode. Pada perusahaan ini total asset turnover sebesar 0,98.

Working Capital Turnover = Penjualan Bersih / (Total aktiva Lancar – Total Hutang Lancar)

Working Capital Turnove = Rp 1.190.852.893.340 / (Rp 219.818.034.145 – Rp 195.455.567.772)

= Rp 1.190.852.893.340 / Rp24.362.466.373  = 48,8

Analisis : Working Capital Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja yang berputar pada satu periode siklus kas yang terdapat pada perusahaan. Pada perusahaan ini working capital turnover sebesar 48,8.

  1. Grafik

 

 

  1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laporan Keuangan
  2. Struktur Permodalan
  3. Aspek Pemasaran
  4. Ekuitas
  5. Pendapatan, Beban, Laba/Rugi, Pendapatan Komperhesif lain, dan Total Laba/Rugi Komperhesif
  6. Arus Kas
  7. Kemampuan Membayar Hutang
  8. Tinjauan Operasional
  9. Analisis Kinerja

 

 

 

 

Daftar Pustaka

http://rositaoktavianirusma.blogdetik.com/2011/08/14/analisis-laporan-keuangan/

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Laporan_keuangan

http://www.google.co.id/search?q=pengertian+analisis+laporan+keuangan&btnG=

http://ccaccounting.wordpress.com/2012/10/27/tujuan-dan-manfaat-analisis-laporan-keuangan/

 

 

 

 

 

 

TUGAS KASUS ETIKA PROFESI AKUNTANSI

TUGAS KASUS ETIKA PROFESI AKUNTANSI

MANIPULASI LAPORAN KEUANGAN

PT KERETA API INDONESIA (PT KAI)

NAMA : HUSNAH

NPM      : 23212502

KELAS : 4EB21

DOSEN : EVAN INDRAJAYA, SE

I. LATAR BELAKANG KASUS

PT KERETA API INDONESIA (PT KAI) terdeteksi adanya kecurangan dalam penyajian laporan keuangan. Ini merupakan suatu bentuk penipuan yang dapat menyesatkan investor dan stakeholder lainnya. Kasus ini juga berkaitan dengan masalah pelanggaran kode etik profesi akuntansi. Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005, perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan justru menderita kerugian sebesar Rp63 Miliar.

Komisaris PT KAI Hekinus Manao yang juga sebagai Direktur Informasi dan Akuntansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan mengatakan, laporan keuangan itu telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik S. Manan. Audit terhadap laporan keuangan PT KAI untuk tahun 2003 dan tahun-tahun sebelumnya dilakukan oleh Badan Pemeriksan Keuangan (BPK), sedangkan untuk tahun 2004 diaudit oleh BPK dan akuntan publik.

Hasil audit tersebut kemudian diserahkan Direksi PT KAI untuk disetujui sebelum disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham, dan Komisaris PT KAI yaitu Hekinus Manao menolak menyetujui laporan keuangan PT KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh akuntan publik. Setelah hasil audit diteliti dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT KAI tahun 2005 sebagai berikut:

  1. Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005. Kewajiban PT KAI untuk membayar surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2 Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003 disajikan dalam laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang seharusnya menanggung beban pajak itu. Padahal berdasarkan Standar Akuntansi, pajak pihak ketiga yang tidak pernah ditagih itu tidak bisa dimasukkan sebagai aset. Di PT KAI ada kekeliruan direksi dalam mencatat penerimaan perusahaan selama tahun 2005.
  2. Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp24     Miliar yang diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui     manajemen PT KAI sebagai kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pad    akhir tahun 2005 masih tersisa saldo penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp6 Miliar, yang seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.
  3. Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan modal total nilai kumulatif sebesar Rp674,5 Miliar dan penyertaan modal negara sebesar Rp70 Miliar oleh manajemen PT KAI disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai bagian dari hutang.
  4. Manajemen PT KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan tidak tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan pada saat jasa angkutannya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003.

Perbedaan pendapat terhadap laporan keuangan antara Komisaris dan auditor akuntan publik terjadi karena PT KAI tidak memiliki tata kelola perusahaan yang baik. Ketiadaan tata kelola yang baik itu juga membuat komite audit (komisaris) PT KAI baru bisa mengakses laporan keuangan setelah diaudit akuntan publik. Akuntan publik yang telah mengaudit laporan keuangan PT KAI tahun 2005 segera diperiksa oleh Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik. Jika terbukti bersalah, akuntan publik itu diberi sanksi teguran atau pencabutan izin praktik.

Kasus PT KAI berawal dari pembukuan yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sebagai akuntan sudah selayaknya menguasai prinsip akuntansi berterima umum sebagai salah satu penerapan etika profesi. Kesalahan karena tidak menguasai prinsip akuntansi berterima umum bisa menyebabkan masalah yang sangat menyesatkan.

Laporan Keuangan PT KAI tahun 2005 disinyalir telah dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu. Banyak terdapat kejanggalan dalam laporan keuangannya. Beberapa data disajikan tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Hal ini mungkin sudah biasa terjadi dan masih bisa diperbaiki. Namun, yang menjadi permasalahan adalah pihak auditor menyatakan Laporan Keuangan itu Wajar Tanpa Pengecualian. Tidak ada penyimpangan dari standar akuntansi keuangan. Hal ini lah yang patut dipertanyakan.

Dari informasi yang didapat, sejak tahun 2004 laporan PT KAI diaudit oleh Kantor Akuntan Publik. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang melibatkan BPK sebagai auditor perusahaan kereta api tersebut. Hal itu menimbulkan dugaan kalau Kantor Akuntan Publik yang mengaudit Laporan Keuangan PT KAI melakukan kesalahan.

Profesi Akuntan menuntut profesionalisme, netralitas, dan kejujuran. Kepercayaan masyarakat terhadap kinerjanya tentu harus diapresiasi dengan baik oleh para akuntan. Etika profesi yang disepakati harus dijunjung tinggi. Hal itu penting karena ada keterkaitan kinerja akuntan dengan kepentingan dari berbagai pihak. Banyak pihak membutuhkan jasa akuntan. Pemerintah, kreditor, masyarakat perlu mengetahui kinerja suatu entitas guna mengetahui prospek ke depan. Yang Jelas segala bentuk penyelewengan yang dilakukan oleh akuntan harus mendapat perhatian khusus. Tindakan tegas perlu dilakukan.

2. PEMBAHASAN KASUS

  1. Kasus di atas merupakan Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI  yang dilakukan oleh Manajemen PT KAI dan Ketidakmampuan KAP dalam mengindikasi terjadinya manipulasi.
  2. Analisis 5 Question Approach:

2.1       Profitable

  1. Pihak yang diuntungkan adalah Manajemen PT KAI karena kinerja keuangan perusahaan seolah-olah baik (laba Rp6.9 M), meskipun pada kenyataannya menderita kerugian Rp 63 M. Tidak tertutup kemungkinan, pihak manajemen memperoleh bonus dari “laba semu” tersebut.
  2. Pihak lain yang diuntungkan adalah KAP S. Manan & Rekan, dimana dimungkinkan memperoleh Fee khusus karena memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian.

2.2       Legal

PT KAI melanggar Pasal 90 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar  Modal “Dalam kegiatan perdagangan efek, setiap pihak dilarang secara langsung maupun tidak langsung.

  1. Menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana   dan atau cara apa pun
  2. Turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan
  3. Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau menjual Efek.

PT KAI dapat dikenakan sanksi sesuai Pasal 107 UU No.8 Tahun 1995 yang menyatakan: “Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan Pihak lain atau menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari Pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran termasuk Emiten dan Perusahaan Publik diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”

2.3       Fair

Perbuatan manajemen PT.KAI merugikan publik/masyarakat dan pemerintah.

  1. Publik (investor); dirugikan karena memperoleh informasi yang menyesatkan, sehingga keputusan yang diambil berdasarkan informasi keuagan PT. KAI menjadi tidak akurat/salah.
  2. Pemerintah; dirugikan karena dengan rekayasa keuangan tersebut maka pajak yang diterima pemerintah lebih kecil.

2.4       Right

  1. Hak-hak Publik; dirugikan karena investor memperoleh informasi yang menyesatkan, sehingga keputusan yang diambil menjadi salah/tidak akurat.
  2. Pemerintah; dirugikan karena pajak yang diterima pemerintah menjadi lebih kecil.

2.5       Suistainable Development

Rekayasa yang dilakukan manajemen PT KAI bersifat jangka pendek dan bukan jangka panjang, karena hanya menginginkan keuntungan/laba untuk kepentingan pribadi/manajemen (motivasi bonus).

2.6       Prinsip Etika Yang Dilanggar

Selain akuntan eksternal dan komite audit yang melakukan kesalahan dalam hal pencatatan laporan keuangan, akuntan internal di PT. KAI juga belum sepenuhnya menerapkan 8 prisip etika akuntan. Dari kedelapan prinsip akuntan yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektifitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis, prinsip-prinsip etika akuntan yang dilanggar antara lain :

  1. Tanggung jawab profesi. Dimana seorang akuntan harus bertanggung jawab secara professional terhadap semua kegiatan yang dilakukannya. Akuntan Internal PT. KAI kurang bertanggung jawab karena dia tidak menelusuri kekeliruan dalam pencatatan dan memperbaiki kesalahan tersebut sehingga laporan keuangan yang dilaporkan merupakan keadaan dari posisi keuangan perusahaan yang sebenarnya.
  1. Kepentingan Publik. Dimana akuntan harus bekerja demi kepentingan publik atau mereka yang berhubungan dengan perusahaan seperti kreditur, investor, dan lain-lain. Dalam kasus ini akuntan PT. KAI diduga tidak bekerja demi kepentingan publik karena diduga sengaja memanipulasi laporan keuangan sehingga PT. KAI yang seharusnya menderita kerugian namun karena manipulasi tersebut PT. KAI terlihat mengalami keuntungan. Hal ini tentu saja sangat berbahaya, termasuk bagi PT. KAI. Karena, apabila kerugian tersebut semakin besar namun tidak dilaporkan, maka PT. KAI bisa tidak sanggup menanggulangi kerugian tersebut.
  1. Integritas. Dimana akuntan harus bekerja dengan profesionalisme yang tinggi. Dalam kasus ini akuntan PT. KAI tidak menjaga integritasnya, karena diduga telah melakukan manipulasi laporan keuangan.
  1. Objektifitas. Dimana akuntan harus bertindak obyektif dan bersikap independen atau tidak memihak siapapun. Dalam kasus ini akuntan PT. KAI diduga tidak obyektif karena diduga telah memanipulasi laporan keuangan sehingga hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu yang berada di PT. KAI.
  1. Kompetensi dan kehati-hatian  professional. Akuntan dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang diperlukan. Dalam kasus ini, akuntan PT. KAI tidak melaksanakan kehati-hatian profesional sehingga terjadi kesalahan pencatatan yang mengakibatkan PT. KAI yang seharusnya menderita kerugian namun dalam laporan keuangan mengalami keuntungan.
  1. Perilaku professional. Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten selaras dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesinya. Dalam kasus ini akuntan PT. KAI diduga tidak berperilaku profesional yang menyebabkan kekeliruan dalam melakukan pencatatanlaporan keuangan, dan hal ini dapat mendiskreditkan (mencoreng nama baik) profesinya.
  1. Standar teknis. Akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus mengacu dan mematuhi standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, akuntan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektifitas. Dalam kasus ini akuntan tidak melaksanakan prinsip standar teknis karena tidak malaporkan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Contohnya, pada saat PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi keuangan tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset.

2.7       Sikap Yang Diambil

2.7.1   Manajemen PT KAI

  1. Melakukan koreksi atas salah saji atas: pajak pihak ketiga yang dimasukkan sebagai asset; penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan yang belum dibebankan; bantuan pemerintah yang seharusnya disajikan sebagai bagian modal perseroan.
  2. Meminta maaf kepada stakeholders melalui konferensi pers dan berjanji tidak mengulangi kembali di masa datang.

2.7.2   KAP S. Manan & Rekan & Rekan

  1. Melakukan jasa profesional sesuai SPAP, dimana tiap anggota harus berperilaku konsisten dengan reputasi profesionalnya dengan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesioreksi
  2. Melakukan koreksi atas opini yang telah dibuat
  3. Melakukan konferensi pers dengan mengungkapkan bahwa oknum yang melakukan kesalahan sehingga menyebabkan opini atas Laporan Keuangan menjadi tidak seharusnya telah diberikan sanksi dari pihak otorisasi, dan berjanji tidak mengulang kembali kejadian yang sama di masa yang akan datang.

2.8       Rekomendasi Agar Kasus Serupa Tidak Terulang

  1. Membangun kultur perusahaan yang baik; dengan mengutamakan integritas, etika profesi dan kepatuhan pada seluruh aturan, baik internal maupun eksternal, khususnya tentang otorisasi.
  2. Mendahulukan kepentingan publik daripada kepentingan publik.
  3. Merekrut manajemen baru yang memiliki integritas dan moral yang baik, serta memberikan siraman rohani kepada karyawan akan pentingnya integritas yang baik bagi kelangsungan usaha perusahaan.
  4. Memperbaiki sistem pengendalian internal perusahaan.
  5. Corporate Governance dilakukan oleh manajemen yang dirancang dalam rangka mengeliminasi atau setidaknya menekan kemungkinan terjadinya fraud. Corporate governance meliputi budaya perusahaan, kebijakan-kebijakan, dan pendelegasian wewenang.
  6. Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh auditor internal, pada dasarnya adalah proses yang lebih bersifat preventif dan pengendalian yang bertujuan untuk memastikan bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi yang memadai yang dicatat dan melindungi perusahaan dari kerugian.
  7. Retrospective Examination yang dilakukan oleh Auditor Eksternal diarahkan untuk mendeteksi fraud sebelum menjadi besar dan membahayakan perusahaan.
  8. Investigation and Remediation yang dilakukan forensik auditor. Peran auditor forensik adalah menentukan tindakan yang harus diambil terkait dengan ukuran dan tingkat kefatalan fraud, tanpa memandang apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran kecil terhdaap kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran besar yang berbentuk kecurangna dalam laporan keuangan atau penyalahgunaan asset.
  9. Penyusunan Standar yang jelas mengenai siapa saja yang pantas menjadi apa baik untuk jabatan fungsional maupun struktural ataupun untuk posisi tertentu yang dianggap strategis dan kritis. Hal ini harus diiringi dengan sosialisasi dan implementasi (enforcement) tanpa ada pengecualian  yang tidak masuk akal
  10. Diadakan tes kompetensi dan kemampuan untuk mencapai suatu jabatan tertentu dengan adil dan terbuka. Siapapun yang telah memenuhi syarat mempunyai kesempatan yang sama dan adil untuk “terpilih”. Terpilih artinya walaupun pejabat lain diatasnya tidak “berkenan” dengan orang tersebut, tetapi karena ia yang terbaik maka tidak ada alasan logis untuk menolaknya ataupun memilih yang orang lain. Disinilah peran profesionalisme dikedepankan
  11. Akuntabilitas dan Transparansi setiap “proses bisnis” dalam organisasi agar memungkinkan monitoring dari setiap pihak sehingga penyimpangan yang dilakukan oknum-oknum dapat diketahui dan diberikan sangsi tanpa kompromi.

III. KESIMPULAN

Dari kasus studi diatas tentang pelanggaran Etika dalam berbisnis itu merupakan suatu pelanggaran etika profesi perbankan pada PT KAI pada tahun tersebut yang terjadi karena kesalahan manipulasi dan terdapat penyimpangan pada laporan keuangan PT KAI tersebut. pada kasus ini juga terjadi penipuan yang menyesatkan banyak pihak seperti investor tersebut. seharusnya PT KAI harus bertindak profesional dan jujur sesuai pada asas-asas etika profesi akuntansi yang dijelaskan oleh tulisan blog saya sebelumnya.

Daftar Pustaka

IAI, Kode Etik Akuntan Indonesia. 1998

http://www.google.com

Sumber : Harian KOMPAS Tanggal 5 Agustus 2006 dan 8 Agustus 2006

http://yudasil.blogspot.com/2013/01/kasus-3-manipulasi-laporan-keuangan-pt.html

http://marlia-dewi.blogspot.co.id/2014/11/tugas-kelompok-contoh-kasus-etika_29.html

COMPANY PROFILE

At the beginning of 1761-1784, PT. A.W. Faber-Castell produces only pencils. In Stein near Nuremberg, Kaspar Faber, a cabinet maker to produce a pencil first, called “Bleiweibstifte”. These pencils are sold in the market Nuremberg. By looking at the beginning of the formation of this business, it can be concluded that the Faber-Castell stands long before the French Revolution and the founding of the United States.
Faber-Castell in Indonesia, began to present at the beginning of the 1990s by setting up a pencil factory (PT AW Faber-Castell Indonesia). In Indonesia, Faber-Castell began serious work on the distribution and marketing in Indonesia in 1999 was preceded by a local company called PT. Faberindo Mighty, and starting in 2005 all operational activities were taken over by Faber-Castell and its name to PT. Faber-Castell International Indonesia. The factory was built on a land area of ​​± 10,000 m2, which has an installed capacity of ± 1.8 million gross (260 million stems) per year.
By applying the system of production based on orders (job orders), company supply products with brand Faber-Castell and also meet the needs of OEM business. Products distributed by subsidiaries Faber-Castell and sales agents appointed, for local and international markets throughout the world. The international market is the largest in Europe, Asia and Australia.
Currently the local market has absorbed ± 15% of the total production. The company has become a target for the local market leader with a sheath pencil wood products (wooden case) and the upper middle class.
As a subsidiary of Faber-Castell group, which has had a long experience since 1761 as a manufacturer of stationery, producing the whole product in accordance with international quality standards Faber-Castell. And the company always make improvements and renew technologies related to the products, machinery, manufacturing systems, quality management systems, environmental management systems and others.

  •  vision
    Being the best in the field of business stationery.
  • mission
    1. Putting customer satisfaction at the highest position
    2. Strive to continuously improve occupational health and safety
    3. Developing and producing products that are safe for the customer and provide the smallest impact on the environment.
  • value
    PT. Faber-Castell International Indonesia remains in the commitment to provide safe and quality products. And the company always make improvements and renew technologies related to the products, machinery, manufacturing systems, quality management systems, environmental management systems and others.

TUGAS SOFTSKILL ENGLISH BUSINESS 2 ” GRAMMAR “

I Use the right tense to fill the blanks

  1. Ann and Andy got married on June 1st. Today is June 14th. Ann and Andy (be) have been married for two weeks. By June 7th, they (be)  had been married for one week. By June 28th, they (be) will have been married for four weeks.
  2. This traffic is terrible. We’re going to be late. By the time we (get) get to theairport, Bob’s plane (arrive, already) will have arrived, and he’ll bewondering where we are.
  3. The traffic was very happy, by the time we (get) got to the airport. Bob’s plane (arrive, already) had arrived
  4. This morning I came to class at 9:00. right now it is 10:00 and Iam still in class. I (sit) have been sitting at this desk for an hour. By 9:30, I (sit) had been sat her for a half an hour. By 11:00 I (sit) have been sitting  for two hours
  5. I’m getting tired of sitting in the car do you realize that by the time we arrive in phoenix we (drive) will have been driving for twenty straight hours?
  6. Yesterday jhon ate breakfast at 8:00 he (eat,already) had eaten breakfast when he (leave) left  for class at8.45 he (eat, always) eating before he (go) goes to class
  7. Jhon is in class every morning from 9.00 to 12:00. Two days ago, I (call) had called him at 11.35, but I could not reach him becouse he (attend) was attending class at that time
  8. Tomorrow after he (eat) eats dinner jhon (go) will go to a movie in other words he (eat) will have eaten by the time he (go) goes to the movie
  9. now, jake (take)  is taking  a nap he (fall) felt a sllep an hour ago
  10. Jhon is in my english class, he (study) is studying english this semester he (take,also) is also taking some other clases, his class (begin) begin  at 9:00 everyday

II Change into passive if pasible if impossible write “no change”

  1. My sister plane will arrive at 10:30. My sister plane would be arrived at 10:30
  2. When did someone invent radio? When was radio invented by someone?
  3. When is someone  going to announce the result of the contest? When is the result of the contest announced by someone?
  4. Someone stole my purse. My Purse was stolen by someone
  5. Peter come here two months ago. Peter was here two months ago
  6. Rice grown in bogor. No change

III Combine the two sentences with using the “B” sentence as the adjective clause

1. A. We are studying sentences which contains adjective clouse

B. They contain adjective clouse

We are studying sentences that contain adjective clauses

2. A. I liked your composition

B. You wrote it

I liked which You wrote the composition

3. A. I come from a country

B. Its history goes back thousands of years

I come from a country which history goes back thousands of years

4. A. The man was very kind

B. I talked to him yesterday

The man whom I talked yesterday is very kind

5. A. That is the drawer

B. I keep my jewelry there

That is the drawer which I keep my jewelry

6. A. The girl was happy

B. she won the race

The girl was happy who won the race

7. A. The students is from china

B. he sist next to me

The student is from China who sits next to me

8. A. The professor is excellent

B. I’m taking his course

The professor whose course I am taking is excellent

9. A. The people were very nice

B. We visited their house

The people whom we visited their house were very nice

10. A. I apologize to the women

B. I spilled her coffee

I apologize to the woman whose coffee i spilled.

PENGERTIAN JENIS AKUN HARTA

ENGLISH

BAHASA INDONESIA

Understanding Account



In the business world every day activities take place very complex transaction
either in kind or in number. We know that the greater a company with its
business, the more and for different transactions. In this case in order to
facilitate the recording of financial transactions are recorded according to
the type of each. For example, every receipt and expenditure of money
recorded in a sheet called account (estimate) with the name of the cash
account.


A.Assets



Assets are economic resources which also include costs incurred before and
have benefits in the future. Treasure is the amount of wealth owned by the
company to run its business. Treasures can be classified on the smooth
(liquidity) ie current assets, long-term investments, fixed assets,
intangible assets and other treasures.

 


1. Current assets

Is a treasure in the form of cash / bank and treasure very easily be used as
money or working life of less than one year. Which includes current assets are:


1. Cash Cash are ready to use and is free to

use
any time of either the company or the company checking account balances
contained in the bank.


2. Marketable securities (securities) .Surat-mail owned company to be traded.
The point to take advantage of cash / bank used.


3. Notes receivable, is reinforced by the promissory note receivable.


4. Receivables, is billed on the other hand, both individuals and business
entities.
5. Inventory of merchandise, inventory is available for sale (in trading
companies), supply of raw materials, work in process and finished goods (in
manufacturing).


6. Attachments, are goods that are used for corporate events and estimated
wears out in a year. Misalnyaperlengkapan office, store fixtures. (Usually
also called consumables).


7. Expenses paid in advance, the cost of which has been paid but the benefit
of the payment has not been obtained or used. Such as prepaid insurance,
prepaid rent and prepaid advertising.

2. Investments

 


Are long-term investments in shares, bonds or other securities. Investment aims
to benefit the future, or for the purpose of mastering other companies.
Investments are generally in the form of stocks and bonds.

 


3. Fixed Assets

 


Is tangible property that is used for the operation of the company and have a
useful life of more than one year, such as land, buildings, machinery,
equipment and so on.


4. Intangible Assets

 


Is a treasure that has no physical form, but it is a privilege that benefit the
company in generating revenue. Examples of intangible assets include:
Patents, namely the privilege of an item given by the government to the
company.
Copyright, that is right for creating something that is given by the
government to the company. For example copyrighted songs.Goodwill, is the
company’s good name attached to the company itself. With goodwill, the goods
produced and purchased by the public believed.

 

 

Pengertian Akun



Dalam kegiatan dunia usaha setiap hari transaksi terjadi sangat kompleks baik dalam
jenis maupun dalam jumlahnya. Kita tahu bahwa makin besar suatu perusahaan
dengan bidang usahanya maka semakin banyak dan beragam pula transaksi yang
terjadi. Dalam hal ini agar memudahkan pencatatan setiap transaksi keuangan
dibukukan menurut jenis masing-masing. Misalnya setiap penerimaan dan
pengeluaran uang dibukukan dalam suatu lembaran yang disebut akun (perkiraan)
dengan nama akun kas.

 


A. Akun Harta (Assets)


Harta (Aktiva) adalah sumber ekonomis yang juga meliputi biaya-biaya yang terjadi
akibat transaksi sebelumnya dan mempunyai manfaat di masa yang akan datang.
Harta merupakan jumlah kekayaan yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan
usahanya. Harta dapat dikelompokkan atas kelancaran (likuiditas) yaitu harta
lancar, investasi jangka panjang, harta tetap, harta tidak berwujud dan
harta-harta lainnya.


1. Harta lancar


Adalah harta yang berupa uang kas/bank dan harta yang sangat mudah dijadikan
uang atau umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Yang termasuk harta
lancar adalah:

  1. Kas Uang tunai yang siap
    digunakan dan bebas digunakan setiap saat baik yang ada dalam perusahaan
    maupun saldo rekening giro perusahaan yang terdapat dalam bank. 
  2. Surat-surat berharga
    (efek).Surat-surat yang dimiliki perusahaan untuk diperjual-belikan.
    Gunanya untuk memanfaatkan dana kas/bank yang dipakai. 
  3. Wesel tagih, adalah piutang yang
    diperkuat dengan promes. 
  4. Piutang , adalah tagihan pada
    pihak lain baik perorangan maupun badan usaha. 
  5. Persedian barang dagang, adalah
    persediaan barang yang tersedia untuk dijual (dalam perusahaan dagang),
    persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi (dalam
    perusahaan manufaktur). 
  6. Perlengkapan, adalah
    barang-barang yang digunakan untuk kegiatan perusahaan dan diperkirakan
    habis dipakai dalam setahun. Misalnyaperlengkapan kantor, perlengkapan
    toko. (biasanya juga disebut bahan habis pakai). 
  7. Beban dibayar di muka, biaya yang
    telah dibayar tetapi manfaat dari pembayaran belum diperoleh atau
    digunakan. Seperti asuransi dibayar di muka, sewa dibayar di muka dan
    iklan dibayar di muka.


2.Penyertaan (Investasi),

 


Adalah investasi jangka panjang dalam bentuk saham, obligasi atau surat berharga
lainnya. Investasi bertujuan memperoleh keuntungan pada masa yang akan
datang, atau dengan tujuan untuk menguasai perusahaan lainnya. Investasi
umumnya dalam bentuk saham dan obligasi.


3.Harta Tetap

 


Adalah harta berwujud yang digunakan untuk operasi perusahaan dan mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun, seperti tanah, bangunan, mesin-mesin,
peralatan dan sebagainya.


4.Harta tak berwujud

 


Adalah harta yang tidak mempunyai wujud fisik, tetapi merupakan hak-hak istimewa
yang menguntungkan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan. Contoh harta tak
berwujud antara lain:
Hak paten, yaitu hak istimewa atas suatu barang yang diberikan oleh
pemerintah kepada perusahaan.
Hak Cipta, yaitu hak karena menciptakan sesuatu yang diberikan oleh
pemerintah kepada perusahaan. Misalnya hak cipta lagu.
Goodwill, adalah nama baik perusahaan yang melekat pada perusahaan itu
sendiri. Dengan goodwill maka barang yang diproduksi dipercaya dan dibeli
oleh masyarakat.

 

 

SUMBER=http://belajardulu-99.blogspot.com/2014/09/kelompok-akun.html

Understanding Account

ENGLISH BAHASA INDONESIA
Understanding Account
In the business world every day activities take place very complex transaction either in kind or in number. We know that the greater a company with its business, the more and for different transactions. In this case in order to facilitate the recording of financial transactions are recorded according to the type of each. For example, every receipt and expenditure of money recorded in a sheet called account (estimate) with the name of the cash account.

A. Assets

Assets are economic resources which also include costs incurred before and have benefits in the future. Treasure is the amount of wealth owned by the company to run its business. Treasures can be classified on the smooth (liquidity) ie current assets, long-term investments, fixed assets, intangible assets and other treasures.

1. Current assets

Is a treasure in the form of cash / bank and treasure very easily be used as money or working life of less than one year. Which includes current assets are:

  1. Cash Cash are ready to use and is free touse any time of either the company or the company checking account balances contained in the bank.
  2. Marketable securities (securities) .Surat-mail owned company to be traded. The point to take advantage of cash / bank used.
  3.  Notes receivable, is reinforced by the promissory note receivable.
  4. Receivables, is billed on the other hand, both individuals and business entities.
  5. Inventory of merchandise, inventory is available for sale (in trading companies), supply of raw materials, work in process and finished goods (in manufacturing).
  6. Attachments, are goods that are used for corporate events and estimated wears out in a year. Misalnyaperlengkapan office, store fixtures. (Usually also called consumables).
  7. Expenses paid in advance, the cost of which has been paid but the benefit of the payment has not been obtained or used. Such as prepaid insurance, prepaid rent and prepaid advertising.

2. Investments

are long-term investments in shares, bonds or other securities. Investment aims to benefit the future, or for the purpose of mastering other companies. Investments are generally in the form of stocks and bonds.

3. Fixed Assets

is tangible property that is used for the operation of the company and have a useful life of more than one year, such as land, buildings, machinery, equipment and so on.

4. Intangible Assets

is a treasure that has no physical form, but it is a privilege that benefit the company in generating revenue. Examples of intangible assets include:
Patents, namely the privilege of an item given by the government to the company.
Copyright, that is right for creating something that is given by the government to the company. For example copyrighted songs.Goodwill, is the company’s good name attached to the company itself. With goodwill, the goods produced and purchased by the public believed.

SUMBER=http://belajardulu-99.blogspot.com/2014/09/kelompok-akun.html

Pengertian Akun
Dalam kegiatan dunia usaha setiap hari transaksi terjadi sangat kompleks baik dalam jenis maupun dalam jumlahnya. Kita tahu bahwa makin besar suatu perusahaan dengan bidang usahanya maka semakin banyak dan beragam pula transaksi yang terjadi. Dalam hal ini agar memudahkan pencatatan setiap transaksi keuangan dibukukan menurut jenis masing-masing. Misalnya setiap penerimaan dan pengeluaran uang dibukukan dalam suatu lembaran yang disebut akun (perkiraan) dengan nama akun kas.

A.    Akun Harta (Assets)

Harta (Aktiva) adalah sumber ekonomis yang juga meliputi biaya-biaya yang terjadi akibat transaksi sebelumnya dan mempunyai manfaat di masa yang akan datang. Harta merupakan jumlah kekayaan yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan usahanya. Harta dapat dikelompokkan atas kelancaran (likuiditas) yaitu harta lancar, investasi jangka panjang, harta tetap, harta tidak berwujud dan harta-harta lainnya.

1.Harta lancar
Adalah harta yang berupa uang kas/bank dan harta yang sangat mudah dijadikan uang atau umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Yang termasuk harta lancar adalah:

  1. Kas Uang tunai yang siap digunakan dan bebas digunakan setiap saat baik yang ada dalam perusahaan maupun saldo rekening giro perusahaan yang terdapat dalam bank.
  2. Surat-surat berharga (efek).Surat-surat yang dimiliki perusahaan untuk diperjual-belikan. Gunanya untuk memanfaatkan dana kas/bank yang dipakai.
  3. Wesel tagih, adalah piutang yang diperkuat dengan promes.
  4. Piutang , adalah tagihan pada pihak lain baik perorangan maupun badan usaha.
  5. Persedian barang dagang, adalah persediaan barang yang tersedia untuk dijual (dalam perusahaan dagang), persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi (dalam perusahaan manufaktur).
  6. Perlengkapan, adalah barang-barang yang digunakan untuk kegiatan perusahaan dan diperkirakan habis dipakai dalam setahun. Misalnyaperlengkapan kantor, perlengkapan toko. (biasanya juga disebut bahan habis pakai).
  7. Beban dibayar di muka, biaya yang telah dibayar tetapi manfaat dari pembayaran belum diperoleh atau digunakan. Seperti asuransi dibayar di muka, sewa dibayar di muka dan iklan dibayar di muka.

2.Penyertaan (Investasi),

adalah investasi jangka panjang dalam bentuk saham, obligasi atau surat berharga lainnya. Investasi bertujuan memperoleh keuntungan pada masa yang akan datang, atau dengan tujuan untuk menguasai perusahaan lainnya. Investasi umumnya dalam bentuk saham dan obligasi.

3.Harta Tetap

adalah harta berwujud yang digunakan untuk operasi perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, seperti tanah, bangunan, mesin-mesin, peralatan dan sebagainya.

4.Harta tak berwujud

adalah harta yang tidak mempunyai wujud fisik, tetapi merupakan hak-hak istimewa yang menguntungkan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan. Contoh harta tak berwujud antara lain:
Hak paten, yaitu hak istimewa atas suatu barang yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan.
Hak Cipta, yaitu hak karena menciptakan sesuatu yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan. Misalnya hak cipta lagu.
Goodwill, adalah nama baik perusahaan yang melekat pada perusahaan itu sendiri. Dengan goodwill maka barang yang diproduksi dipercaya dan dibeli oleh masyarakat.

PENELITIAN ILMIAH

PERHITUNGAN UANG PESANGON DAN UANG PISAH di PT. A.W Faber Castell Indonesia

( Table 1 )

Masa Kerja  (Th) Pesangon (Bl) U. PMK  (Bl) A  (Bl) B (Bl) C (Bl) D (Bl) E (Bl)
< 1 1 0 2,30 1,15 0 0 0
1 s/d < 2 2 0 4,60 2,30 0 0 0
2 s/d < 3 3 0 6,90 3,45 0 0 0
3 s/d < 4 4 2 11,50 6,90 1,15 0 2,30
4 s/d < 5 5 2 13,80 8,05 1,15 0 2,30
5 s/d < 6 6 2 16,10 9,20 1,15 0 2,30
6 s/d < 7 7 3 19,55 11,50 2,30 1,15 3,45
7 s/d < 8 8 3 21,85 12,65 2,30 1,15 3,45
8 s/d < 9 9 3 24,15 13,80 2,30 1,15 3,45
9 s/d < 10 9 4 25,30 14,95 3,45 2,30 4,60
10 s/d < 11 9 4 25,30 14,95 3,45 2,30 4,60
11 s/d < 12 9 4 25,30 14,95 3,45 2,30 4,60
12 s/d < 13 9 5 26,45 16,10 4,60 3,45 5,75
13 s/d < 14 9 5 26,45 16,10 4,60 3,45 5,75
14 s/d < 15 9 5 26,45 16,10 4,60 3,45 5,75
15 s/d < 16 9 6 27,60 17,25 5,75 4,60 6,90
16 s/d < 17 9 6 27,60 17,25 5,75 4,60 6,90
17 s/d < 18 9 6 27,60 17,25 5,75 4,60 6,90
18 s/d < 19 9 7 28,75 18,40 6,90 5,75 8,05
19 s/d < 20 9 7 28,75 18,40 6,90 5,75 8,05
20 s/d < 21 9 7 28,75 18,40 6,90 5,75 8,05
21 s/d < 22 9 8 29,90 19,55 8,05 6,90 9,20
22 s/d < 23 9 8 29,90 19,55 8,05 6,90 9,20
23 s/d < 24 9 8 29,90 19,55 8,05 6,90 9,20
24  < 9 10 32,20 21,85 9,20 8,05 11,50
 

Keterangan :

Huruf Status UU 13
A Meninggal Ps. 166
Pensiun Ps. 167
Sakit berkepanjangan  Ps. 172
Perusahaan tutup bukan karena rugi Ps. 164
Perusahaan berubah status dan pengusaha mem-PHK pekerja Ps. 163
B PHK setelah SP3 Ps. 161
Perusahaan tutup karena rugi Ps. 164
Perusahaan pailit Ps. 165
Perusahaan berubah status dan pekerja menolak  bekerja Ps. 163
C Mengundurkan diri baik-baik Ps. 162
D Dikualifikasikan mengundurkan diri (5 hari alpha) Ps. 168
E Ditahan pihak yang berwajib Ps. 160
Kesalahan Berat Hanya mendapat sisa cuti dan uang pisah Ps. 158

 

Tabel diatas menunjukan nilai pengali yang akan didapatkan oleh karyawan yang masuk kedalam waktu pension.

  1. PMK adalah Uang Penghargaan Masa Kerja yang akan didapatkan oleh karyawan karena masa pengabdian karyawan selama bekerja di perusahaan.

“A” Adalah kolom akan dikalikan dengan gaji perbulan karryawan.

Dari data 2 karyawan yang akan memasuki waktu Pensiun tersebut didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi Perhitungan Dana Pensiun adalah :

  1. Gaji Pokok

Gaji pokok sebagai komponen utama perhitungan Dana Pensiun sehingga semakin besar gaji pokok karyawan akan membuat perhitungan dana pension yang karyawan bersangkutan semakin besar.

  1. Masa Kerja

Pada saat karyawan mulai bekerja di perusahaan akan mulai terhitung sebagai waktu pengabdian karyawan bagi perusahaan. Perusahaan yang baik akan membuat karyawan tidak sering berpindah-pindah perusahaan bekerja dan akan semakin termotivasi untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik di perusahaan tersebut. Masa kerja ini hampir mirip dengan istilah senioritas tetapi didalam perusahaan batasannya adalah usia karyawan yang bersangkutan seseuai denganUndang-undang No.13 tahun 2003.

Kesimpulan

  1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap beberapa pemberi kerja dan dana pension diperoleh hasil bahwa secara umum pendapat mereka tentang program pesangon berbeda dengan apa yang disampaikan oleh mass media. Pemberi kerja dan dana pensiun berpendapat bahwa program pesangon tidak mempunyai kaitan dengan program pensiun baik dalam keuangan maupun kebijakan yang diambil.
  2. Pemberi kerja dan dana pensiun secara umum sepakat bahwa ketentuan perundangan di bidang pesangon sebagaimana diatur dalam UUK 13/2003 tidak mempunyai masalah dari pemahamannya.
  3. Hadirnya UUK 13/2003 tidak mengubah kebijakan pemberi kerja berkaitan dengan telah adanya program pensiun sebelumnya. Kebijakan yang dibuat tidak dipengaruhi oleh kehadiran UUK 13/2003 ataupun oleh program pesangon yang diatur dalam UU tersebut.
  4. Selain ketentuan pengaturan program pesangon yang mudah dipahami, mereka juga berpendapat bahwa besarnya rumusan program pesangon secara umum bukan menjadi masalah bagi sebagian pemberi kerja dan dana pensiun. Adanya program pesangon tidak menambah biaya pegawai secara signifikan.
  5. Secara umum sebagian pemberi kerja dan dana pensiun tidak mempermasalahkan UUK 13/2003 serta tidak akan mengubah kebijakan terkait dengan dana pensiun. Namun secara sektoral terdapat perbedaan pendapat baik dari sisi bidang usaha pemberi kerja, jenis program pensiun dan kepemilikan pemberi kerja.

 

Rekomendasi

  1. Agar kehadiran program lain yang sejenis tidak mengganggu pertumbuhan dana pensiun perlu dilakukan upaya dalam melakukan review atas peraturan perundangan di bidang dana pensiun. Kebijakan yang dirasa berat bagi industry perlu dikaji ulang agar dana pensiun mampu bersaing dengan produk lain yang sejenis.
  2. Produk dana pensiun agar lebih ditingkatkan lagi dengan produk yang inovatif melalui perbaikan ketentuan perundangan sehingga mempunyai daya saing yang tinggi terhadap program lain yang mempunyai karakteristik yang hampir sama. Misalnya melalui harmonisasi pengaturan dengan ketentuan tentang asuransi kesehatan, asuransi jiwa ataupun tunjangan hari tua lainnya.
  3. Untuk menghadapi persaingan dengan produk lain yang mirip program pensiun perlu dilakukan upaya melalui penguatan diri. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan peran pembinaan dan pengawasan terhadap dana pensiun.
  4. Pemerintah perlu melakukan kajian yang lebih mendalam dan komprehensif baik dari sisi regulasi maupun sisi non regulasi terkait dengan kehadiran beberapa program lain yang mempunyai kemiripan produk dengan dana pensiun. Riset yang mendalam dan menyeluruh dapat digunakan untuk menyiapkan bahan kajian dalam rangka melakukan review terhadap peraturan perundangan di bidang dana pensiun.
  5. Perlu dilakukan penegakan hukum yang lebih tegas mengingat dalam praktik ditengarai banyak terjadi penyalahgunaan kewenangan pengurus dengan misalnya membayar sekaligus pada saat karyawan di berhentikan atau karena pemutusan hubungan kerja (PHK).

PENGUMPULAN DATA DENGAN CARA ANGKET

PENGUMPULAN DATA DENGAN CARA ANGKET

Angket adalah seperangkat pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subjek penelitian untuk dijawab sesuai dengan keadaan subjek yang sebenarnya. Yang dapat dijaring dengan menggunakan kuesioner adalah hala-hala mengenai diri responden, dengan asumsi bahwa respondenlah yang paling mengetahui tentang dirinya dan pengalamannya sendiri, bahwa apa yang dinyatakan oleh responden kepada peneliti adalah benar, bahwa penafsiran subjek terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh peneliti. Justru anggapan-anggapan inilah yang menjadi kelemahan dari metode angket. Karena dalam kenyataan responden dapat memberikan keterangan-keterangan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

Secara garis besar ada dua cara pengguanaan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data,yaitu (1) disebarkan yang kemudian diisi oleh responden dan (2) digunakan sebagai pedoman wawancara denga responden. Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan cara dikirim lewat pos atau diantar sendiri oleh peneliti. Sedangkan wawancara yang pelaksanaannya berpedoman pada kuesioner dapat berupa wawancara tatap muka dengan responden atau wawancara melalui telepon (Singarimbun & Handayani, 1985).

Kuesioner yang dikirim lewat pos memang memudahkan pekerjaan peneliti. Namun, cara ini umunya belum bisa efektif untuk diterapkan disebagian lapisan masyarakat Indonesia. Masih banyak orang yang enggan membaca kuesioner dan menulis jawabanya, apalagi pertanyaannya tidak dilengkapi dengan pilihan jawaban. Selanjutnya, sebagian dari masyarakat kita lebih enggan lagi pergi ke kantor pos atau bis surat untuk mengirimkan kuesioner yang telah diiisi, lebih-lebih kalau masih harus membeli prangko dengan uang sendiri. Berhubung dengan itu, cara penyebaran kuesioner melalui pos dalam suatu penelitian akan mendapat lebih efektif jika pertanyan-pertanyannya sederhana dan cara jawabannya tidak sulit. Jumlah pertanyaannya juga perlu dibatasi. Kemudian, peneliti perlu melampiri amplop yang sudah dibubuhi perangko agar responden terdorong untuk mengirimkan kuesioner yang telah diisi.

Kuesioner yang dikirimkan melalui pos sudah tentu ditujukan kepada responden yang bisa membaca dan menulis dengan lancar. Karena itu ada inforamasi tambahan, kecuali yang sudah tertuang dalam kuesioner, disamping adanya petunjuk kuesioner yang jelas, kuesioner dikirim lewat pos atau diantar sendiri oleh peneliti perlu dilengkapi dengan surat pengantar dibagian depannya. Surat hendaknya memuat tujuan penelitian, keterangan tentang perlindungan kerahsiaan jawaban responden, persetujuan dari pihak yang berwenag, legitimasi peneliti, kesempatan responden untuk meminta keterangan tambahan, ajakan untuk berpartisipasi, dan petunjuk-petunjuk khusus (Tuckman, 1978:233).

Cara penggunaan kuesioner yang lebih efektif adalah apabila pengisian jawabannya dapat dilakukan secara berkelompok pada suatu tempat tertentu. Dalam keadaan seperti ini peneliti dapat memberi petunjuk secara langsung bagaimana cara memberi jawaban tanpa mempengaruhi isi jawaban yang harus diberikan. Disamping itu peniliti juga mempunyai peluang untuk memberi keterangan atas pertanyaan yang belum jelas maksudnya. Dengan demikian pengisian juesioner secara klasikal memungkinkan peneliti memperoleh kembali kuesioner secara lengkapdalam waktu yang singkat, Sedangkan kesalahan-kesalahan teknis dalam menjawab dapat ditekan hingga sekecil mungkin.

Cara ketiga penggunaan kuesioner sebagai teknik pengumpulan dat adalah dengan memberlakukan sebagai pedoman waancara baik dalam tatap muka maupun melaui telepon. Kuesioner tidak diserahkan pada responden, melainkan tetap dipegang peneliti, yang membacakan pertanyaan kepada responden, jawaban respinden dicatat oleh peneliti. Dengan cara ini dapat dijamin bahwa sumua jawaban dapat dikoleksi pad waktu tanya jawab langsung. Seorang peneliti berpengalaman dapat mengubah kata-kata dalam pertanyaan tanpa mengubah maksudnya agar setiap pertanyaan mudah difahami dan dapat dijwab oleh responden. Dalam wawancara tatap muka, pemeliti berkesempatan untuk mencatat kejadian-kejadian khusus pad waktu dilakukannya wawancara. Hal ini bermanfaat pada waktu dilaksanakannya analisis dan interpretasi data yang lebih terkumpul.

Jenis –jenis angket (kuesioner)

  1. Angket terbuka dan tertutup

Angket terbuka atau open ended questionnaire memberi kesempatan kepada responden untuk memberi jawaban secara bebas dengan menggunakan kalimatnya sendiri. Misalnya :

Bagaimana pendapat anda kalau :

  1. Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dihapus?

………………………………………………………………………

  1. Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dijadikan mata pelajaran pilihan?

………………………………………………………………………

Untuk menjawab pertanyaan ini responden bebas menggunakan kalimatnya sendiri.

Angket tertutup atau closed questionare
Angket tertutup adalah angket yang jawabanya telah disediakan, responden tinggal memilih jawaban yang sesuai. Misalnya:

Bagaimana pendapat anda kalau :

  1. Pelajaran bahasa Inggris diberikan di SD?

A. sangat setuju       B. setuju       C. kurang setuju       D. tidak setuju

2. Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dihapus?

A. sangat setuju     B. setuju       C. kurang setuju       D. tidak setuju

3. Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dijadikan mata pelajaran pilihan

A. sangat setuju     B. setuju       C. kurang setuju       D. tidak setuju

Untuk menjawab pertanyaan ini responden tinggal memilih jawaban mana yang dianggap sesuai atau benar. 

A. Angket semi terbuka

Merupakan angket yang pertanyaan atau pernyataanya memberikan kebebasan pada respondenya untuk memberikan jawaban dan pendapat menurut pilihan-pilihan jawaban yang telah disediakan.

B. Angket langsung dan tidak langsung

Angket langsung kalu responden ditanya mengenai dirinya, pengalamanya, keyakinanya atau diminta untuk menceritakan tentang dirinya sendiri. Misalnya :

  1. Apakah Anda suka belajar Matematika?
  2. Apakah Anda pernah mengikuti PKG?
  3. Metode apa yang Anda gunakan untuk mengajar membaca?

Sebaliknya angket tak langsung jika responden diminta untuk memberikan jawaban tentang orang lain. Misalnya angket yang diberikan kepada kepala sekolah yang menanyakan tentang keadaan guru disekolah yang dipimpimnya.

Menurut pendapat Anda apakah

  1. Guru matematika di sekolah ini disukai siswanya?
  2. Guru matematika di sekolah ini dapat mengajar dengan baik?

Bentuk Angket:

Dilihat dari bentuknya, maka ada angket pilihan ganda, bentuk isian, bentuk check list, dan bentuk skala. Bentuk-bentuk aangket tersebut pada dasarnya sama dengan bentuk tes. Mungkin yang perlu diberi contoh adalah bentuk skala.

Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul data. Memang kuesioner baik, asal cara dan pengadaannya mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam penelitian. Sebelum kuesioner disusun, maka harus melalui prosedur:

  1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
  2. Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
  3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan tunggal.
  4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya.

Kelebihan dan kelemahan teknik kuesioner:

Kelebihan teknik kuesioner:

  1. Kuesioner baik untuk sumber data yang banyak dan tersebar.
  2. Responden tidak merasa terganggu, karena dapat mengisi kuesioner dengan memilih waktunya sendiri yang paling luang.
  3. Kuesioner secara relatip lebih efisien untuk sumber data yang banyak.
  4. Karena kuesioner biasanya tidak mencantumkan identitas responden, maka hasilnya dapat lebih objektif.

Kekurangan teknik kuesioner:

  1. Kuesioner tidak menggaransi responden untuk menjawab pertanyaan dengan sepenuh hati.
  2. Kuesioner cenderung tidak fleksibel, artinya pertanyaan yang harus dijawab terbatas yang dicantumkan di kuesioner saja, tidak dapat dikembangkan lagi sesuai dengan situasinya.
  3. Pengumpulan sampel tidak dapat dilakukan secara bersama-sama dengan daftar pertanyaan, lain halnya dengan obeservasi yang dapat sekaligus mengumpulkan sampel
  4. Kuesioner yang lengkap sulit untuk dibuat.

SUMBER=http://pokoe-mimpiku.blogspot.com/2013/05/teknik-pengumpulan-data-angket-atau.html#.VHKXT2c5V4M

http://merlitafutriana0.blogspot.com/p/wawancara.html

http://www.konsistensi.com/2013/04/wawancara-sebagai-metode-pengumpulan.html

PENGUMPULAN DATA DENGAN CARA WAWANCARA

PENGUMPULAN DATA DENGAN CARA WAWANCARA

Salah satu metode pengumpulan data adalah dengan jalan wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. Cara inilah yang banyak dilakukan di Indonesia belakangan ini.
Wawancara merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap survey. Tanpa wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung kepada responden. Data semacam itu merupakan tulang punggung suatu penelitian survey.

A. Pengertian Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Walaupun wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka, wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian. Beberapa hal dapat membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari adalah antara lain:

  1. Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal-mengenal sebelumnya.
  2. Responden selalu menjawab pertanyaan.
  3. Pewawancara selalu bertanya.
  4. Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban, tetapi harus selalu bersifat netral.

Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat sebelumnya. Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian (Lerbin,1992 dalam Hadi, 2007). Tanya jawab ‘sepihak’ berarti bahwa pengumpul data yang aktif bertanya, sermentara pihak yang ditanya aktif memberikan jawaban atau tanggapan. Dari definisi itu, kita juga dapat mengetahuibahwa Tanya jawab dilakukan secara sistematis, telah terencana, dan mengacu pada tujuan penelitian yang dilakukan.
Pada penelitian, wawancara dapat berfungsi sebagai metode primer, pelengkap atau sebagai kriterium (Hadi, 1992). Sebagai metode primer, data yang diperoleh dari wawancara merupakan data yang utama guna menjawab pemasalahan penelitian. Sebagai metode pelengkap, wawancara berfungsi sebagai sebagai pelengkap metode lainnya yang digunakan untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian. Sebagai kriterium, wawancara digunakan untuk menguji kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh dengan metode lain. Itu dilakukan, misalnya, untuk memeriksa apakah para kolektor data memeang telah memperoleh data dengan angket kepada subjek suatu penelitian, untuk itu dilakukan wawancara dengan sejumlah sample subjek tertentu.
Mengenai latar belakang pengguanaan wawancara sebagai metode pengumpulan data pada suatu penelitian, pendapat Allport ( dalam Hadi, 1992) berikut perlu dipertimbangkan: “If we want to know how people feel, what their experience and what they remember, what their emotions and motives are like, and the reasons for acting as they do – why not ask them?” Dari pendapat itu, kita mengetahui bahwa wawancara dapat atau lebih tepat digunakan untuk memperoleh data mengenai perasaan, pengalaman dan ingatan, emosi, motif, dan sejenisnya secara langsung dari subjeknya.
Charles Stewart dan W. B. Cash mendefinisikannya sebagai “sebuah proses komunikasi berpasangan dengan suatu tujuan yang serius dan telah ditetapkan sebelumnya yang dirancang untuk bertukar perilaku dan melibatkan tanya jawab”
Robert Kahn dan Charles Channel mendefinisikan wawancara sebagai “suatu pola yang dikhususkan dari interaksi verbal – diprakarsai untuk suatu tujuan tertentu, dan difokuskan pada sejumlah bidang kandungan tertentu, dengan proses eliminasi materi yang tak ada kaitannya secara berkelanjutan”.
Karena kata “mewawancarai” dalam penggunaan sehari-hari mengacu pada begitu banyak jenis interaksi yang berbeda-beda, sulit untuk menulis satu definisi yang mampu mengakomodasi semuanya. Meskipun demikian, penting bagi kita untuk menetapkan sebuah definisi mendasar sebagai sebuah kerangka acuan. Oleh karenanya, kami mendefinisikan wawancara sebagai suatu bentuk yang dikhususkan dari komunikasi lisan dan bertatap muka antara orang-orang dalam sebuah hubungan interpersonal yang dimasuki untuk sebuah tujuan tertentu yang diasosiasikan dengan pokok bahasan tertentu. Pembahasan mengenai beberapa istilah kunci dari definisi ini akan menjadikannya lebih bermakna.
Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut ialah: pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaaa, dan situasi wawancara.
Pewawancara diharapkan menyampaikan pertanyaan kepada responden, merangsang responden untuk menjawabnya, menggali jawaban lebih jauh bila dikehendaki mencatatnya. Bila semua tugas ini tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya maka hasil wawancara menjadi kurang bermutu. Syarat menjadi pewawancara yang baik ialah ketrampilan mewawancarai, motivasi yang tinggi, dan rasa aman, artinya tidak ragu dan takut untuk menyampaikan pertanyaan.
Demikian pula responden dapat mempengaruhi hasil wawancara karena mutu jawaban yang diberikan tergantung pada apakah dia dapat menangkap isi pertanyaan dengan tepat serta bersedia menjawabnya dengan baik.

B. Jenis Wawancara
Sebagaimana metode lainnya yang digunakan pada penumpulan data, metode wawancara dibedakan berdasarkan cara pengadministrasiannya menjadi wawancara pribadi (Lerbin, 2007). Wawancara pribadi dapat dilakukan di rumah subjek, melalui komputer, dan di tempat perbelanjaan. Wawancara yang dilakukan di tempat perbelanjaan itu sering disebut wawancara mall intercept.
Contoh wawancara pribadi:
Pewawancara(P): Apakah Anda sudah pernah merasakan donat J.Co?
Subjek(S) : Sudah pernah.
P : Bagaimana pendapat Anda tentang cita rasa donat tersebut?
S : Menurut saya donat tersebut enak, empuk, tidak terlalu manis, dan jenisnya beraneka ragam.
P : Seberapa sering Anda mengkonsumsi donat tersebut?
S : Sekitar tiga minggu sekali.
P : Kapan terakhir kali Anda mengkonsumsinya?
S : Dua minggu yang lalu.

Berdasarkan strukturnya, wawancara dibedakan menjadi wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Pada wawancara terstruktur, hal-hal yang akan ditanyakan telah terstruktur, telah ditetapkan sebelumnya secara rinci. Pada wawancara tak terstruktur, hal-hal yang akan ditanyakan belum ditetapkan secara rinci. Rincian dari topik pertanyaan pada wawancara yang tak terstruktur disesuaikan dengan pelaksanaan wawancara di lapangan.

Contoh wawancara terstruktur:
P : Apakah Anda mengetahui tentang peristiwa kebakaran yang terjadi di komplek pertokoan ini yang baru terjadi kemarin?
S : Iya
P : Kapan peristiwa kebakaran tersebut terjadi?
S : Sekitar pukul 20.30 WIB.
P : Di mana Anda berada saat kebakaran terjadi?
S : Saya berada di dalam toko saya yang berjarak 300m dari kebakaran tersebut.
P : Bagaimana tindakan Anda begitu mengetahui peristiwa tersebut?
S :Langsung menelpon petugas pemadam kebakaran dan menyelamatkan berkas-berkas penting serta barang berharga lainnya.

Contoh wawancara tidak terstruktur:
P : Apakah Anda mengetahui akan tawuran antar pelajar SMA yang baru saja terjadi di kota ini?
S : Iya
P : Anda mengetahui peristiwa tersebut dari mana?
S : Dari teman saya.
P : Apakah teman Anda melihat langsung kejadian tersebut?
S : Iya, ia sedang melintas daerah tersebut saat tawuran terjadi.
P : Apakah teman Anda ketakutan ketika melihat peristiwa tersebut atau malah mendekat ke lokasi?
S : Ia malah mendekat ke lokasi dan sempat mengambil beberapa foto kejadian tersebut.

Hal yang dijelaskan pada metode angket banyak berkaitan secara langsung dengan metode wawancara karena wawancara sendiri memang dapat dipandang sebagai bentuk lain dari angket, khususnya dari segi pengadministrasiannya. Sejalan dengan itu, banyak hal-hal yang dijelaskan pada metode angket dapat juga dugunakan pada pelaksanaaan wawancara, terutama mengenai pengembangan hal-hal yang akan diungkap atau ditanyakan.

C. Hubungan dengan Orang yang Diwawancara
Keberhasilan suatu wawancara sangat ditentukan oleh bagaimana hubungan antara subjek dan pewawancara (Lerbin,2007). Suasana hubungan yang kondusif (disebut juga sebagai rapport) untuk keberhasilan suatu wawancara mencakup adanya sikap saling mempercayai dan kerja sama di antara mereka. Suasana yang demikian dapat diusahakan melalui beberapa cara, diantaranya pewawancara sebaiknya lebih dulu memperkenalkan diri dan mengemukakan secara jelas dan lugas tujuan wawancara yang akan dilakukannya. Hal itu dilakukan dengan sikap rendah hati dan bahwa yang berkepentinagan adalah pewawancara. Pada awal pertemuan, pewawancara juga harus menciptakan suasana yang santai dan bebas serta tidak formal agar proses wawancara dapat berlangsung secara lebih alamiah.
Pewawancara sebaiknya mengawali pembicaraan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ‘pemanasan’ sebagai pendahuluan, sekalipun pertanyaan itu mungkin tidak berkaitan langsung dengan tujuan penelitian. Kemudian, secara perlahan-lahan, pewawancara mengarahkan pembicaraan pada tujuan penelitian. Hal itu dilakukan untuk memperlancar proses wawancara. Hal-hal yang ditanyakan pada pendahuluan itu sebaiknya adalah hal-hal yang menarik minat subjek. Dalam keadaan yang demikian, penggunaan ‘bahasa ibu’ dari subjek mungkin akan sangat membantu.
Pada pelaksanaan wawancara, pewawancra jangan menunjukkan sikap tidak percaya terhadap dan kurang menghargai jawaban yang diberikan subjek dan ajngan menunjukkan siakp yang tergesa-gesa. Adakalanya subjek mengalami blocking, pikirannya ‘tersumbat’ sehingga proses wawancara tidak berjalan dengan lancar. Dalam keadaan yang demikian, pewawancara harus dapat membantu subjek untuk keluar dari keadaan itu. Itu dapat dilakukan, misalnya denagn mengalihkan topik pembicaraan ke topik lain untuk sementara waktu.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pewawancara adalah bahwa ia harus dapat memahami keadaan subjek, ia harus memiliki empati. Dengan cara yang demikain, pewawancara akan lebih dapat mengarahkan wawancara sesuai dengan kondisi subjek.
Suatu hal yang penting dalam wawancara adalah si pewawancara dapat mengganti subjeknya (Nazir, 1988). Jika seorang responden misalnya tidak ingin memberikan keterangan tentang suatu hal, maka peneliti dapat pindah mencari responden lain. Tidak demikian halnya dalam pengamatan langsung. Karena itu, si peneliti harus dapat mencari jalan supaya pengamatan terhadap kejadian yang ingin diamati tidak boleh gagal.
Sebelum pewawancara turun untuk melaksanakan wawancara, maka dia harus lebih dahulu memeutuskan apakah ia akan memperkenalkan dirinya sebagai peneliti, ataukah ia akan bekerja sebagai incognito. Tetapi, pengalaman memprlihatkan bahwa sebaiknya si peneliti atau pewawancara memperkenalkan dirinya sebagai peneliti kelompok objek. Hal ini memberikan beberapa keuntungan antara lain:

  1. Hal tersebut adalah hal yang sederhana untuk dilakukan, karena dengan pemunculan orang asing secara tiba-tiba dapat menimbulkan kecurigaan.
  2. Akan mempertinggi kemungkinan memperoleh keterangan yang diinginkan.

Jika ia bekerja secara incognito, maka ada perasaan kesalahan secara etika dalam diri si peneliti dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh objek yang sedang diteliti.
Yang paling penting dalam hal hubungan antara pengamat denagn yang diamati adalah si pengamat harus dapat meyakinkan objek atau harus dapat memberikan alasan-alasan yang tepat mengapa ia harus mengadakan pengamatan terhadap perilaku atau fenomena yang ingin diamati. Dalam partisipasi langsung untuk pengamatan kejadian atau fenomena maka adalah sangat penting bagi si peneliti untuk membuat dirinya dapat diterima dalam anggota kelompok di mana pengamatan akan dilakukan.

D. Pelatihan Wawancara
Latihan wawancara dilakukan untuk memberikan bekal keterampilan kepada pewawancara untuk mengumpulkan data dengan hasil baik. Karena tidak ada ukuran standar untuk survey ataupun pewawancara, maka tidak ada pula program latihan yang baku. Sifat, materi, dan lamanya program latihan disesuaikan dengan kebutuhan survey yang akan dilakukan. Misalnya tergantung pada jumlah dan kualitas pewawancara, waktu yang disediakan, mudah atau sukarnya kuisioner yang harus dipelajari dan juga besarnya anggaran yang tersedia (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989). Pada prinsipnya yang harus diberikan selama masa pelatihan formal adalah:

  1. penjelasan tujuan penelitian
  2. penjelasan tujuan tugas pewawancara dan menekankan pentingnya peranan pewawancara
  3. penjelasan tiap nomor pertanyaan dalam kuisioner, baik konsep yang terkandung di dalamnya maupun tujuan pertanyaan tersebut. Pewawancara harus mengetahui dengan tepat maksud semua pertanyaan, agar dapat mengumpulkan informasi yang tepat dan jelas.
  4. Penjelasan cara mencatat jawaban responden.
  5. Penjelasan cara pengisian dan arti dari semua tanda-tanda pengisian kuisioner.
  6. Pengertian yang mendalam mengenai pedoman wawancara, untuk mengurangi sejauh mungkin kegagalan dalam mendekati responden. Pedoman wawancara mencakup etika, sikap, persiapan, dan taktik wawancara.
  7. Prosedur wawancara, dari mulai memperkenalkan diri sampai dengan meninggalkan respponden.
  8. Orientasi tentang masalah apa yang dapat timbul di lapangan dan bagaimana mengatasinya.
  9. Latihan wawancara.

Diskusi tentang masalah latihan wawancara tersebut.
Pelatihan biasanya diarahkan pada cara-cara berkomunikasi dan cara memperoleh informasi secara lebih mendalam serta cara-cara untuk menciptakan suasana wawancara yang kondusif untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu, cara untuk melakukan pencatatan jawaban subjek juga perlu dilatih, terutama mengenai hal-hal apa saja yang perlu dicatat dan tidak. Hal lain yan gperlu ditekankan pada pelatihan adalah kewajiban pewawancara untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan meminta maaf apabila ada hal-hal yang tidak berkenan selama wawancara berlangsung dan meminta kesediaan subjek untuk diwawancara kembali seandainya masih diperlukan.
Pada pelatihan juga perlu ditekankan agar pewawancara memeriksa kelengkapan maupun kejelasan jawaban atas tiap pertanyaan yang diberikan oleh subjek sebelum mengakhiri wawancara. Pewawancara perlu dilatih untuk agar bersikap faktual, tidak menggunakan sudut pandang pewawancara untuk melakukan penilaian atas jawaban subjek.
Pada pelatihan yang berkaitan dengan cara pencatatan jawaban subjek, pencatatan sebaiknya dilakukan dengan segera, tapi jangan sampai menimbulkan kesan yang tidak baik bagi subjek. Hasil pelatihan terhadap pewawancara sebaiknya diujicobakan terlebih dahulu untuk memperoleh umpan balik guna memperbaiki kualitasnya. (Lerbin R. Aritonang, 2007)

Pewawancara pada suatu penelitian dapat terdiri atas suatu atau beberapa orang. Wawancara itu seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang telah terlatih. Hal itu terutama dibutuhkan pada wawancara mendalam dan wawancara kelompok focus. Pewawancara itu biasanya dipilih dari orang-orang yang memiliki disiplin psikologi yang telah memperoleh pelatihan tambahan pada waktu kuliah (Lerbin, 2007).
Pelatihan biasanya diarahkan pada cara-cara berkomunikasi dan cara memperoleh informasi secara lebih mendalam serta cara-cara untuk menciptakan suasana wawancara yang kondusif untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu, cara untuk melakukan pencatatan jawaban subjek juga perlu dilatih, terutamamengenai hal-hal apa saja yang perlu dan tidak perlu untuk dicatat, bagaimana cara mencatatnya dengan mudah, dan dalam keadaan yang bagaimana pencatatan dilakukan. Hal lain yang perlu ditekankan pada pelatihan adalah kewajiban pewawancara untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan meminta maaf seandainya ada hal-hal yang tidak berkenen selama wawancara berlangsung serta meminta kesediaan subjek untuk diwawancarai kembali seandainya masih diperlukan.
Dalam mengajukan pertanyaan, pewawancara jangan bersikap seperti polisi, hakim ataupun pihak yang paling mengetahui mengenai topic yang dijelaskan. Demikian juga dengan nada bicara pewawancara. Dalam keadaan tertentu, pewawancara perlu juga dilatih mengenai cara-cara mendorong subjek untuk memberikan jawaban maupun mengorek lebih mendalam informasi yang dibutuhkan, termasuk motivasi subjek serta kejelasan maksud dari subjek atas jawaban yang diberikannya.
Pada pelatihan perlu juga ditekankan agar pewawancara memeriksa kelengkapan maupun kejelasan jawaban atas tiap pertanyaan yang diberikan oleh subjek sebelum mengakhiri wawancara. Pada wawancara, pewawancara sering kali harus memberikan penilaian sendiri atas jawaban yang diberikan subjek. Sehubungan dengan itu, pewawancara perlu dilatih agar bersikap factual, tidak menggunakan sudut pandang pewawancara untuk melakukan penilaian atas jawaban subjek.
Pada pelatihan yang berkaitan dengan cara pencatatan jawaban subjek, pencatatan sebaiknya dilakukan dengan segera, tetapi jangan sampai menimbulkan kesan yang tidak baik bagi subjek. Hasil pelatihan terhadap pewawancara sebaiknya diujucobakan lebih dulu untuk memperoleh umpan balik guna memperbaiki kualitasnya.
Wawancara dilakukan setelah persiapan, untuk itu dimantapakan. Dalam persiapan wawancara, sampel responden, kriteria-kriteria responden, pewawancara, serta interview guide, telah disiapkan dahulu (Nazir, 1988).
Interview guide sudah harus disusun dan pewawancara harus mengerti sekali akan isi serta makna dari interview guide tersebut. Segala pertanyaan yang ditanyakan haruslah tidak menyimpang dari panduan yang telah digariskan dalam interview guide tersebut. Latihan wawancara harus diadakan sebelum wawancara diadakan.
Umumnya pewawancara memegang peranan yang amat penting dalam memulai wawancara. Pewawancara harus dapat menggali keterangan-keterangan dari responden, dan harus dapat merasa serta membawa responden untuk memberikan informasi, baik dengan jalan:

  1. membuat responden merasa bahwa dengan memberikan keterangan tersebut responden telah melepaskan kepuasannya karena suatu tujuan tertentu telah tercapai.
  2. menghilangkan pembatas antara pewawancara dan responden sehingga wawancara dapat berjalan lancar.
  3. keterangan diberikan karena kepuasannnya bertatap muka dan berbicara dengan pewawancara.

Umumnya urutan-urutan prosedur dalam memulai wawancara adalah sebagai berikut:

  1. menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian.
  2. Menjelaskan mengapa responden terpilih untuk diwawancarai.
  3. Menjelaskan institusia atau badan apa yang melaksanakan penelitian tersebut.
  4. Menerangkan bahwa wawancara tersebut merupakan suatu hal yang confidensial.

Penjelasan tentang kegunaan dan tujuan penelitian dapat memberikan motivasi kepada responden untuk berwawancara. Kesangsian responden serta rasa curiga tentang keterlibatan atau pemilihan responden untuk menjawab pertanyaan dapat dihilangkan dengan menjelaskan bagaimana caranya dan mengapa responden yang bersangkutan terpilih sebagai responden. Penjelasan tentang institusi atau badan yang melaksanakan penelitian dapat membuat responden percaya bahwa keterangan-keterangan yang diberikan akan digunakan untuk keperluan yang objektif pula. Sifat wawancara yang konfidensial akan lebih mendorong responden untuk memberikan keterangan tanpa sembunyi-sembunyi dan mendorong responden memberikan keterangan secara jujur.
Kelancaran wawancara sangat dipengaruhi oleh adanya rapport. Rapport adalah suatu situasi di mana telah terjadi hubungan psikologis antara pewawancara dan responden, di mana rasa curiga responden telah hilang; antara responden dan pewawancara terjalin suasana berkomunikasi secara wajar dan jujur. Rapport adalah suasana atau atmosfir yang wajar dalam berbincang-bincang, bukan sesuatu yang dibuat-buat atau yang ditanamkan ke dalam suatu wawancara. Jika wawancara dimulai dengan “Assalamualaikum” atau selamat pagi, kemudian menanyakan keadaan anak-anak dan sebagainya, belum tentu rapport sudah ada. Rapport adalah hubungan yang mendalam, seperti keterbukaan, toleransi, ramah, dan pengertian dan sebangsanya dalam proses wawancara. Cara berpakaian, cara menggunakan kata-kata, sikap hormat dan ramah tamah serta sifat tidak sok dari pewawancara dapat menghasilkan suatu rapport sehingga komunikasi dapat terjalin secara wajar dan tidak artificial. Air muka yang manis tanpa terlalu banyak berbasa-basi juga perlu diperhatikan dalam mengadakan rapport.
Dalam mencari keterangan, pewawancara janganlah mengalihakan perhatiannya terhadap dan terlalu asyik dengan kertas dan pensilnya saja. Pemendekan kata-kata dan merangkainya kembali kemudian, dapat dibenarkan dalam mencatat wawancara.

Beberapa sikap pewawancara dalam bertanya harus diperhatikan. Sikap-sikap tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Netral. Jangan memberikan reaksi terhadap jaawaban, baik denagn kata-kata atau dengan perbuatan atau dengan gerak-gerik. Baik tidak baik, senang tidak senang, setuju tidak setuju jangan sekali-kali diperlihatkan oleh pewawancara dalam wawancara. Janagan memberikan sugesti.
  2. Adil. Dalam wawancara, semua responden harus dianggap sama, jangan memihak pada sebagian responden sehingga responden merasa aman dalam memberikan keterangannya.
  3. Ramah. Tunjukkan keramahan yang wajar, tidak dibuat-buat, segar, bermuka manis.

E. Pedoman Wawancara
Kesan pertama dari penampilan pewawancara, yang pertama diucapkan dan dilakukan pewawancara, sangatlah untuk merangsang sikap kerja sama dari pihak responden. Berdasarka pengalaman Michigan Survey Research Center diketahui, bahwa responden lebih mengingat pewawancara dan cara dia mewawancarai daripada isi wawancara. Karena itu, segala cara untuk mendapatkan sambutan simpatik dan sikap kerjasama dari responden sebaiknya dipahami dan dilatih dengan seksama. Dalam melaksanakan tugas wawancara, pewawancara harus selalu sadar bahwa dialah yang membutuhkan dan bukan sebaliknya (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989).
Pedoman untuk mencapai tujuan wawancar dengan baik adalah:

  1. berpakaian sederhana, rapi, tanpa perhiasan.
  2. sikap rendah hati.
  3. sikap hormat kepada responden.
  4. ramah dalam sikap dan ucapan (tetapi efisien, jangan terlalu banyak berbasa-basi), dan disertai dengan air muka yang cerah.
  5. sikap yang penuh pengertian terhadap responden dan netral.
  6. bersikap seolah-olah tiap responden yang kita hadapi selalu ramah dan menarik.
  7. sanggup menjadi pendengar yang baik.

Penggunaan metode wawancara biasanya diikuti dengan pedoman untuk melaksanakan wawancara itu. Pedoman tersebut berisi butir-butir yang akan ditanyakan, cara pencatatan dan pemberian skor (bila diperlukan) atas jawaban responden. Selain itu, peralatan dan kondisi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan wawancara juga perlu dispesifikasikan pada pedoman wawancara. Pada pedoman itu perlu juga dikemukakan persyaratan atau karakteristik subjek yang akan diwawancarai (Lerbin, 2007).
Mewawancarai hampir sama dengan bermain piano – skill yang cukup bisa diperoleh tanpa membutuhkan latihan formal. Tapi ada dunia yang berbeda dalam keterampilan, dalam hal teknik, dan dalam kemahiran antara seorang amatir yang bermain “dengan menggunakan telinga” dan seorang pianis konser yang ahli. Pemain yang belajar sendiri secara mekanis pada keyboardnya memainkan melodi-melodi tertentu yang melekat pada ingatannya; sang seniman, yang dengan ahli menggabungkan penguasaan teori musik, latihan yang tak terhitung lamanya, dan interpretasi pribadi, menciptakan suatu efek yang secara teknik pas, menyenangkan di telinga para pendengar, dan mengekspresikan perasaan paling mendalam dari sang pianis (Charles Stewart dan W. B. Cash, 2003).
Wawancara biasanya adalah suatu pertukaran lisan yang saling berhadapan langsung. Orang-orang yang terlibat berada di hadapan yang lainnya dan melisankan pesan-pesan yang ingin mereka sampaikan dengan suara keras. Ini memberikan wawancara sejumlah keuntungan dibandingkan dengan kuesioner, karena

  1. para responden memiliki kemungkinan lebih besar untuk berbicara lebih banyak dibandingkan dengan menulis
  2. orang-orang menjadi lebih termotivasi dengan kehadiran orang lain.
  3. pertukaran-pertukaran lisan menawarkan lebih banyak peluang-peluang langsung untuk menyelidik, mengklarifikasi jawaban-jawaban dan memberikan feedback.

Proses-proses yang berhubungan dengan melaksanakan wawancara adalah mensetting suasananya, mendengarkan, menyelidiki, memotivasi, dan mengendalikan wawancara. Hal-hal ini melibatkan suatu teknik komunikasi tingkat tinggi, dan panduan-panduan yang relevan.
Komunikasi dua arah umumnya lebih efektif dari komunikasi satu arah. Komunikasi satu arah dicirikan oleh pesan-pesan yang pada dasarnya berjalan ke satu arah saja, misalnya, dari pewawancara ke yang diwawancarai. Pengirimnya tidak begitu tertarik pada respon-respon, pertanyaan-pertanyaan, komentar-komentar, atau reaksi-reaksi dari si penerima. Sebagai akibatnya, dalam sebuah situasi satu arah si pewawancara tidak merasa bahwa sudah terjadi saling pengertian atau bahwa pesannya sudah efektif karena tidak ada umpan balik (feedback). (Banyak orang yang merasa nyaman dengan situasi satu arah karena hal ini efisien dalam hal menghemat waktu dan mereka tidak harus merasa khawatir tentang reaksi mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan atau komentar-komentar).
Hindari keliru mengasumsikan objek sudah tahu dengan pasti hasil-hasil yang mereka inginkan, si penerima pasti juga tahu. Sehingga, mereka seringkali mengabaikan untuk memberikan rincian-rincian penjelas. (Robert Kahn dan Charles Channel, 2003)

F. Wawancara Kelompok Fokus
Bila pada suatu wawancara hanya terdapat satu pewawancara dan satu subjek, maka wawancaranya dinamakan wawancara mendalam individual. Bila pada suatu wawancara ada satu pewawancara dan beberapa subjek, maka wawancaranya disebut wawancara kelompok fokus. Subjek pada wawancara kelompok fokus itu biasanya terdiri atas 8 sampai dengan 12 orang. Bila pada wawancara itu ada satu pewawancara dan 4 sampai dengan 5 subjek, wawancaranya disebut wawancara kelompok kecil.
Pada wawancara kelompok fokus, pewawancara sebenarnya lebih cenderung berfungsi sebagai moderator yang mengatur dan memperlancar arus pembicaraan. Wawancara itu biasanya berlangsung antara 1 samapai dengan 3 jam dalam suatu ruangan yang berlatar formal dan santai.
Para subjek yang disertakan dalam kalompok fokus adalah para subjek yang bersifat homogen. Untuk itu, para subjek harus telah diseleksi sebelum wawancara sehingga dapat diperoleh para subjek yang homogen. (Lerbin R. Aritonang, 2007)
Proses wawancara pada suatu kelompok fokus biasanya dicatat dengan menggunakan alat bantu, seperti video. Kemudian hasil rekaman video itulah yang akan dianalisis guna menjawab permasalahan penelitian. Teknik-teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif, seperti pada analisis isi. Pewawancara pada kelompok fokus harus memiliki ketrampilan yang tinggi untuk memperlancar jalannya diskusi dan untuk mengungkap hal-hal yang bersifat diagnostik.
Tujuan utama dari wawancara ini adalah untuk memperoleh pangetahuan yang mendalam dengan mendengar sekelompok orang dari pasar sasaran yang tepat untuk membicarakan isu yang diamati dengan peneliti. (Malhotra, 1993)
Wawancara itu difokuskan pada penghayatan pribadi seseorang dalam menghadapi suatu situasi yang khusus, seperti dalam menghadapi pimpinan rapat yang otoriter. Struktur situasi pada wawancara itu sendiri harus telah diselidiki sebelumnya oleh peneliti sehingga dapat menemukan unsur-unsur serta pola-polanya yang penting. Berdasarkan hasil tersebut kemudian dibuat pedoman wawancara. (Hadi, 1993)
Orang-orang dalam sebuah wawancara berada dalam sebuah hubungan interpersonal. Meskipun demikian, variasi-variasi tertentu dari wawancara bisa mencakup orang-orang dalam kelompok-kelompok. Umumnya, peran pewawancara akan dikembangkan dalam hal tiga fungsi utamanya:

  1. merencanakan strategi-strategi.
  2. melaksanakan atau mengatur wawancara
  3. mengukur hasil-hasilnya.

Proses-proses yang berhubungan dengan melaksanakan wawancara adalah mensetting suasananya, mendengarkan, menyelidiki, memotivasi, dan mengendalikan wawancara. Hal-hal ini melibatkan suatu teknik komunikasi tingkat tinggi, dan panduan-panduan yang relevan.
Orang-orang melakukan wawancara kelompok fokus biasanya untuk tujuan-tujuan yang berhubungan dengan tugas; mereka punya sesuatu yang ingin mereka capai, yakni, menyeleksi seseorang untuk suatu pekerjaan, mengumpulkan data penelitian, menerima pasien, atau menulis kisah berita. Tujuan terkait tugas inilah yang membedakan wawancara dari sekedar perbincangan biasa. Suatu percakapan bisa sampai kemana saja; akan tetapi, wawancara harus difokuskan pada kandungan isi yang sesuai dengan tujuan utama. (Nazir, 1989).

G. Wawancara Mendalam
Sering jawaban responden kurang memuaskan karena masih bersifat terlalu umum, dan kurang khusus, misalnya: “Anak dapat membantu orang tua”. Membantu dalam hal apa? Di sini terdapat beberapa kemungkinan, kaena iu perlu ditanyakan lebih lanjut. Inilah yang disebut menggali informasi lebih dalam atau probing, sehingga diperoleh jawaban yang labih khusus dan tepat.
Apabila jawaban responden kurang meyakinkan, maka perlu ditanyakan keterangan lebih lanjut, dan kalimat yang disampaikan pun harus bersifat netral.
Probing ini termasuk salah satu bagian yang paling sulit dalam wawancara. Pengawas sebaiknya teliti dalam menilai jawaban-jawaban hasil probing. Sangat baik dianjurkan kepada pewawancara agar selalu menuliskan kalimat pertanyaan probing, di samping jawaban responden. Dengan demikian pengawas dapat mengetahui apakah cara bertanya sudah benar, tidak tendensius. (Masri Singarimbun, 1989)
Wawancara mendalam merupakan wawancara pribadi, langsung, dan tidak terstruktur dengan seorang subjek yang diselidiki oelh pewawancara yang sangat terampil untuk menemukan latar belakang motivasi, kayakinan, sikap, dan perasaan subjek terhadap satu topik. Wawancara ini biasanya berlangsung antara 30menit sampai dengan lebih dari satu jam.
Wawancara mendalam sering digunakan untuk mengungkap hal-hal yang tersembunyi, yang sulit untuk diungkap dengan metode atau teknik pengukuran lainnya. Untuk itu, pewawancaranya harus memiliki ketrampilan yang tinggi untuk mengungkapnya. Selain masalah pewawancara, penentuan xubjek yang akan diwawancara seringkali juga menjadi masalah. Wawancara ini biasanya digunakan pada penelitian eksploratif. (Lerbin R. Aritonang, 2007)
Wawancara mendalam adalah suatu bentuk yang khusus dari komunikasi oral dan berhadapan muka dalam suatu hubungan interpersonal yang dimasuki untuk sebuah tujuan tertentu yang diasosiasikan dengan pokok bahasan tertentu. Keefektifannya bisa dinilai dalam hal tujuan wawancara, teknik-teknik yang digunakan, kerangka waktunya, sudut pandang orang yang melakukan evaluasi, dan reliabilitas dan validitas informasi yang diperoleh.
Aspek-aspek wawancara mendalam yang dapat direncanakan adalah tujuan-tujuan, pertanyaan-pertanyaan, setting, dan reaksi terhadap permasalahan-permasalahan khusus. Perencanaan semacam itu bisa memberikan kesiapan bagi si pewawancara untuk semua kemungkinan-kemungkinan yang mungkin muncul dalam proses wawancara. (Robert Kahn dan Charles Channel, 2003)
Wawancara-wawancara mendalam terjadi karena suatu tujuan, dan memfokuskan pada jenis-jenis informasi tertentu. Salah satu karakteristik dari pewawancara yang baik adalah kemampuan untuk mengendalikan interaksi sehingga tujuan wawancara tercapai. Hal ini berarti bahwa tidak semua komentar atau respon relevan. Oleh karenanya, anda mungkin perlu menetapkan batasan-batasan mengenai jenis respon yang tepat.
Karena feedback adalah dimensi wawancara mendalam yang penting, pewawancara perlu melakukan upaya yang sangat penuh kesadaran dan terencana untuk mendapatkan feedback apabila tidak diberikan secara sukarela. Saran-saran berikut adalah teknik-teknik yang sangat bermanfaat guna menghasilkan feedback: (1) meminta feedback; (2) mendengarkan ketika diberikan; (3) melatih orang-orang agar merasa anda mau menerima feedback; dan (4) mempertahankan suasana yang memungkinkan adanya feedback.
Semua wawancara mendalam tersusun atas dua dimensi penting yang bisa dianalisa keefektifannya: kandungan isi dan hubungan. Yang cenderung akan lebih difokuskan adalah isi. Hendaknya melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi atau untuk memberikan informasi. Akan tetapi, menganggap bahwa hubungan antar pewawancara dan orang yang diwawancarai sama pentingnya dalam kebanyakan situasi. Bahkan, sifat-dasar hubungan tersebut bisa menentukan apakah informasi tertentu telah disampaikan selama wawancara atau tidak. (Dr. Nurul Murtadho, 1992).

H. Sumber Kekeliruan Pelaporan Hasil Wawancara
Perolehan data dengan memanfaatkan manusia, memiliki beberapa kelemahan sehingga hasil pengukuran yang diperoleh mengandung kekeliruan. Pada konteks wawancara ada beberapa hal yang menjadi sumber kekeliruan pengukurannya, baik dari pewawancara maupun dari orang yang diwawancarai, yaitu:
ingatan

  1. hal yang seharusnya dilaporkan dilewatkan saja dan todak dilaporkan
  2. melebih-lebihkan atau telah meramu jawabannya
  3. mengganti hal yang tidak dapat diingat
  4. tidak mampu mereproduksi kejadian menurut waktu atau hubungan antarfakta seperti apa adanya. (Lerbin R. Aritonang, 2007)
    Apabila responden menjawab ”tidak tahu”, maka pewawancara perlu berhati-hati.

Sebaiknya pewawancara tidak lekas-lekas meninggalkan pertanyaan itu dan pindah ke pertanyaan lain. Jawaban ”tidak tahu” perlu mendapat perhatian, sebab jawaban itu dapat mengandung bermacam-macam arti, diantaranya

  1. responden tidak begitu mengerti pertanyaan pewawancara, sehingga untuk menghindari menjawab ”tidak mengerti” maka menjawab ”tidak tahu”
  2. responden sebenarnya sedang berpikir, tapi karena merasa kurang tentram kalau membiarkan pewawancara menunggu lama, maka dia menjawab ”tidak tahu”
  3. sering karena responden tidak ingin diketahui pikiran yang sesungguhnya karena dianggap terlalu pribadi, maka dia menjawab ”tidak tahu”. Dapat juga terjadi karena responden ragu-ragu atau takut mengutarakan pendapatnya responden memang benar-benar tidak tahu. Tentu saja itu mencerminkan jawaban sebenarnya. Namun, adalah tugas pewawancara untuk mengamati responden dengan cermat. Benarkah responden tidak tahu, atau adakah hal-hal lain di balik pikirannya. Dapat pula pewawancara mengulang pertanyaan sekali lagi atau menambah pertanyaan agar lebih yakin akan jawaban responden. (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989)

Sebagai contoh, Herbert Hyman melaporkan sejumlah penelitian yang mempertanyakan reliabilitas data. Dalam sebuah penelitian, pewawancara kulit hitam dan kulit putih mensurvey sebuah sampel orang-orang kulit hitam dan mendapatkan informasi yang berbeda. Si pewawancara berkulit hitam melaporkan lebih banyak kebencian mengenai diskriminasi dibandingkan si peneliti yang berkulit putih. Kenapa bisa? Kita tidak tahu pasti. Apakah orang-orang kulit hitam tersebut dengan sengaja menahan informasi, atau apakah orang secara perseptual telah dibutakan atau bias? Kita tidak tahu. Akan tetapi, fakta bahwa kedua kelompok tersebut berbeda membuat kita mempertanyakan reliabilitas data. Ada banyak penelitian seperti milik Hyman. Demikian pula, ketika dua orang petugas perekrutan memiliki penilaian yang jauh berbeda mengenai seorang kandidat yang sama, maka reliabilitasnya rendah. Karena jawaban-jawaban interviewee tidak bisa dikendalikan sepenuhnya.
Salah satu penyebab terbesar dari permasalahan-permasalahan komunikasi adalah bahwa kita menganggap bahwa orang-orang sama seperti diri kita sendiri dan bukannya menyesuaikan diri dengan fakta bahwa mereka mungkin berbeda dalam beberapa hal. Kadangkala harapan untuk mendapatkan feedback tidak pernah diartikulasikan, dan orang-orangpun tidak memberikannya. Sebagai contoh, dulu ada seorang interviewee yang mendengarkan beberapa instruksi dari seorang interviewer. Komentarnya cuma, “Ya, pak”. Inilah salah satu penyebab sumber kekeliruan pelaporan hasil wawancara.

I. Keunggulan dan Kelemahan Wawancara
Kebaikan metode wawancara terletak pada keluwesannya. Artinya, wawancara dapat dengan mudah disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada saat wawancara berlangsung. Selain itu, melalui wawancara dapat juga diungkap hal-hal yang tersembunyi yang mungkin tidak dapat diungkap dengan metode lain, asalkan pewawancaranya memiliki ketrampilan yang dibutuhkan.
Kelemahan metode wawancara adalah dari segi banyaknya waktu, tenaga, dan biaya yang dibutuhkan. Selain itu, pewawancara yang memiliki ketrampilan yang tinggi tidak mudah diperoleh, selain mahal, juga sulit atau lama untuk melatihnya (Lerbin R. Aritonang, 2007).
Beberapa keuntungan metode wawancara ditinjau dari segi operasional pekerjaan lapangan atau field work (Joseph R. Tarigan, 1995), antara lain:

  1. mengumpulkan data melalui wawancara perorangan biasanya persentase hasil yang diperoleh lebih tinggi karena hampir semua orang dapat diajak bekerja sama
  2. keterangan yang diperoleh melalui metode ini lebih dijamin kebenarannya daripada metode lain, karena petugas pencacah dapat menerangkan daftar/kuisioner tersebut kepada responden sehingga responden memberikan jawaban yang teliti. Apabila responden dengan sengaja memalsukan jawabannya, petugas pencacah akan mencoba menyadarkannya dengan menggunakan pendekatan khusus untuk mendapatkan jawaban yang betul
  3. petugas pencacah dapat mengumpulkan keterangan yang lengkap tentang karakteristik pribadi responden dan sekitarnya dapat menasirkan dan mengevaluasi hasil-hasil yang mewakili dari unit survey
  4. dengan mempertunjukkan secara visual, responden dapat menangkap dan mengerti apa yang dimaksud
  5. kunjungan ulang (re-visit) untuk melengkapi keterangan yang kurang pada daftar (kuisioner) atau membetulkan kasalahan-kasalahan, biasanya dapat dilakukan tanpa mengecewakan responden
  6. petugas pencacah mungkin berhasil mendapatkan jawaban yang lebih spontan daripada kalau kuisioner tersebut dikirim lewat pos atau ditinggalkan untuk diisi oleh responden

Walaupun metode wawancara memiliki berbagai keuntungan dalam pelaksanaan lapangan, tetapi metode ini tidak lepas dari kelemahan-kelemahan, antara lain:

  1. pengaruh pribadi petugas pencacah dalam pelaksanaan wawancara dapat menghambat jawaban responden. Contohnya: apabila pencacah menunjukkan sikap tertentu (memaksakan pendapat), maka tanpa disadarinya akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang memberikan konfirmasi atau menguatkan pandangannya sendiri. Bagi petugas pencacah yang memiliki sikap wawancara seperti ini, dianjurkan untuk menanyakan pertanyaan sesuai dengan kata-kata yang terdapat dalam kuisioner.
  2. Jika pencacah kenal dengan responden, maka mungkin responden akan keberatan untuk memberikan keterangan-keterangan yang bersifat pribadi. Responden mungkin menganggap hal ini sebagai mencampuri urusan pribadi dan menghilangkan sifat rahasia survey ini.

Beberapa keuntungan melaksanakan pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara adalah (Suparmoko, 1992):

  1. pelaksanaan wawancara mungkin memakan waktu yang lebih lama sehingga memungkinkan responden menjadi lebih mengerti akan topik yang ditanyakan, sehingga hubungannya dengan materi yang relevan lebih memungkinkan.
  2. Pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya sangat sensitif untuk responden dapat ditanyakan secara taktis oleh petugas pencacah sehingga tidak menyinggung perasaan responden. Dengan melihat reaksi responden, petugas pencacah dapat mengalihkan permasalahan kalau perlu memberikan penjelasan-penjelasan mengenai persoalan survey ataupun komentar-komentar lain unuk memancing responden memberikan jawaban. Dengan kata lain, situasi yang agak rumit biasanya dapat diatasi lebih baik dan efektif dengan persoalan metode wawancara dibandingkan dengan metode lain.
  3. Bahasa survey dapat disesuaikan dengan kemampuan atau tingkat pendidikan responden. Oleh karena itu lebih mudah untuk emnghindarkan salah pengertian atau salah pengarahan dari pertanyaan yang ada. Walaupun demikian, perlu dicatat bahwa dalam survey tertentu adalah penting untuk petugas pencacah supaya tidak merubah kata-kata atau urutan pertanyaan yang ada, supaya mendapatkan jawaban yang bisa dipercaya. Dalam hal ini kepada petugas pencacah akan diberitahu selama mereka mengikuti latihan.

Kelemahan-kelemahan yang terdapat pada penggunaan metode wawancara antara lain:

  1. jika responden yang akan dikunjungi menyebar di daerah yang sangat luas, maka biaya perjalanan dan waktu yang dibutuhkan untuk mengunjungi responden tidak sedikit. Hal ini mungkin membuat penggunaan metode wawancara menjadi tidak ekonomis dan tidak efisien.
  2. Dalam memilih, melatih, dan membimbing petugas pencacah lapangan diperlukan suatu organisasi, sehingga dalam pelaksanaannya lebih rumit dibandingkan dengan metode lain.
  3. Kesempatan dan waktu wawancara dengan responden terbatas artinya mungkin hanya dapat dilakukan malam hari saja atau hanya satu atau dua jam saja pada sore hari, sehingga membutuhkan banyak petugas agar waktu yang ditentukan dapat dicapai.

SUMBER=http://pokoe-mimpiku.blogspot.com/2013/05/teknik-pengumpulan-data-angket-atau.html#.VHKXT2c5V4M

http://merlitafutriana0.blogspot.com/p/wawancara.html

http://www.konsistensi.com/2013/04/wawancara-sebagai-metode-pengumpulan.html